Berdasarkan data perdagangan BEI, pada sesi I, Selasa ini (24/3/2020), saham PT Indika Energy Tbk (INDY) naik 9,38%, lalu saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 9,03%, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 7,03%.
Lalu saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga melesat 5,67%, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga naik 3,46%.
Aksi borong saham-saham di bursa saham domestik membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,96% ke level 4.067,79.
Sepekan kemarin, harga batu bara cenderung menguat tipis ketika harga-harga komoditas lain berjatuhan akibat sentimen merebaknya pandemi corona (COVID-19). Harga batu bara kontrak futures ICE Newcastle naik 0,98% ke level US$ 66,75/ton.
Harga batu bara cenderung bergerak stabil jika dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti minyak dan CPO, bahkan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan wabah COVID-19 sebagai pandemi.
Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis, ada beberapa alasan utama yang membuat harga batu bara cenderung stabil. Wabah COVID-19 membuat Mongolia sebagai tetangga China yang menyuplai batu bara kokas untuk kebutuhan pembuatan baja China menutup perbatasannya, sehingga memangkas pasokan ke China hingga 50% dari biasanya.
Kedua adalah cuaca basah musiman di negara bagian Australia. Australia merupakan sumber dari sebagian besar ekspor batu bara Asia Pasifik. Cuaca yang tidak mendukung tentu menjadi penghambat pengiriman batu bara menggunakan kargo. Hal ini berakibat pada kenaikan harga.
Kini China sudah melaporkan penurunan kasus infeksi COVID-19 secara signifikan dan sudah memulai kembali aktivitas ekonominya. Perbatasan Mongolia juga telah dibuka kembali, tetapi Queensland masih mengalami gangguan cuaca, sehingga harga batu bara tetap kokoh. Harapan bahwa Beijing akan mendorong langkah-langkah stimulus untuk meningkatkan ekonomi juga mendukung harga batu bara kokas.
Batu bara termal juga mendapat berkah dari wabah COVID-19 karena tambang China jadi menganggur atau bekerja dengan kapasitas yang lebih rendah. Hal ini mendorong permintaan impor batu bara Dengan aktivitas penambangan China yang kembali normal, kemungkinan akan ada penurunan dalam permintaan impor.
Namun, harga batu bara impor yang masih bersaing dengan harga domestik menjadi salah satu poin plus. Artinya, trader memiliki insentif keuntungan untuk membeli dari eksportir batu bara termal Indonesia dan Australia.
Harga indeks mingguan untuk batu bara termal di pelabuhan Newcastle Australia, sebagaimana dilaporkan oleh Argus, adalah US$ 64,87/ton dalam sepekan yang berakhir 13 Maret, hampir tidak berubah dari US$ 64,85 pada akhir 2019.
Sementara harga batu bara Indonesia berkualitas lebih rendah dengan nilai energi 4.200 kilokalori per kg berada di $ 32,77 per ton, turun 3,1% dari akhir tahun lalu. Faktor tersebut menjadi sentimen positif untuk harga batu bara. (hps/tas)
https://ift.tt/3dlCzfD
March 24, 2020 at 09:35AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Diburu Investor, Saham Emiten Batu Bara Makin Membara"
Post a Comment