Data penyebaran kasus positif menunjukkan bahwa wilayah terbanyak ada di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabar). Bahkan angkanya masing-masing 627 kasus (43 sembuh, 62 meninggal) dan 119 kasus (enam sembuh dan 17 meninggal).
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto menilai ini disebabkan dua hal. Yakni masih ada kontak dekat dan physical distancing tak jalan di wilayah tersebut.
"Kira-kira kalau kasus nambah itu ada penularan nggak di luar? Kalau ada penularan berarti ada sumbernya, ada yang positif. Berarti di daerah itu positifnya banyak yang masih di masyarakat," ujar pria yang akrab disapa Yuri pada detik.com, Sabtu (28/3/2020).
Yuri mengatakan, kontak dekat masih terjadi antara orang yang sehat dan orang yang terinfeksi. Dia menyimpulkan bahwa physical distancing belum diterapkan dengan baik.
"Kedua berarti masih ada kontak erat, ya berarti di daerah itu kontak eratnya masih banyak, berarti physical distancing nggak jalan kan. Ya itulah penyebabnya kenapa kasus itu masih banyak," ungkapnya lagi.
Yuri mengatakan tidak adanya jaga jarak tersebut penularan virus akan terus terjadi. Dia menyebut jika tak ada kontak dekat, dapat dipastikan corona tidak akan menular.
"Kalau tidak ada kontak kan penyakit nggak nular. Ini yang berkali-kali saya katakan bahwa kita membaca datanya begitu. Kalau masih ada kasus positif berarti penularan masih terjadi, berarti masih ada sumber dan ada orang yang kontak dekat dengan sumber. Artinya physical distancing nggak jalan," jelasnya.
Yuri menyebut apabila orang terpapar corona, namun memiliki imunitas yang baik maka virus akan hilang dengan sendirinya. Namun jika masih ada kontak dekat virus akan terus menyebar.
"Jadi kalau misalnya ada orang sakit dia sendirian, kemudian daya tahan tubuhnya bagus virusnya hilang kan. Tetapi kemudian dia sakit virusnya masih ada di badan dan nular ke orang lain berarti ada sumbernya dan ada ketularan. Itulah kenapa kita berkali-kali berbicara physical distancing. Jadi nggak ada kebijakan lain kecuali itu," katanya.
Dengan demikian Yuri menegaskan bahwa menjaga jarak adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Dia mengajak masyarakat untuk merubah perilaku untuk mencegah penyebaran corona.
"Iya karena itu yang harus dilakukan, dan itu kan tidak butuh obat kan. Butuh perilaku, jadi yang dibutuhkan perubahan perilaku," sebut Yuri.
Selain di Jakarta dan Jabar, ada 27 provinsi lain yang sudah melaporkan kasus. Yaitu:
Banten (103 positif, 1 sembuh, 4 meninggal), Jawa Timur (77 positif, 8 sembuh, 4 meninggal), Jawa Tengah (53 positif, 0 sembuh, 7 meninggal), Sulawesi Selatan (33 positif, 0 sembuh, 1 meninggal).
Lalu Daerah Istimewa Yogyakarta (22 positif, 1 sembuh, 2 meninggal), Kalimantan Timur (17 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Bali (9 positif, 0 sembuh, dan 2 meninggal), Sumatera Utara (8 positif, 0 sembuh, 1 meninggal).
Papua (7 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Kalimantan Tengah (7 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Kepulauan Riau (5 positif, 0 sembuh, 1 meninggal). Sumatera Barat (5 positif, 0 sembuh, 0 meninggal).
Lampung (4 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Kalimantan Barat (3 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Sulawesi Tenggara (3 positif, 0 sembuh, 0 meninggal). Riau (1 positif, 0 sembuh, 0 meninggal).
Nusa Tenggara Barat (2 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Sulawesi Utara (2 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Papua Barat (2 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Aceh (4 positif, 0 sembuh, 0 meninggal)
Jambi (1 positif, 0 sembuh, 0 meninggal). Sumatera Selatan (2 positif, 0 sembuh, 1 meninggal). Kalimantan Selatan (1 positif, 0 sembuh, 0 meninggal).
Sulawesi Tengah (2 positif, 0 sembuh, 0 meninggal). Maluku (1 positif, 0 sembuh, 0 meninggal), Maluku Utara (1 positif, 0 sembuh, 0 meninggal) dan Kalimantan Utara (2 positif, 0 sembuh, 0 meninggal).
(sef/sef)
https://ift.tt/2JnVDfe
March 29, 2020 at 08:34AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemerintah Akui Physical Distancing DKI dan Jabar Tak Jalan"
Post a Comment