Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (31/3/2020) ditutup di level 4.538,93 atau menguat 2,82%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di perdagangan kemarin sebesar Rp 7,55 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 286,94 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Terdapat beberapa kabar pasar kemarin yang layak disimak untuk dijadikan pertimbangan dalam berinvestasi untuk perdagangan Rabu 1 April ini.
1. Efek Corona, Matahari Tutup Gerai & Potong Gaji Karyawan
Emiten pengelola ritel fesyen Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mengambil sejumlah kebijakan sebagai antisipasi dampak pandemi virus corona (COVID-19) terhadap kinerja perusahaan.
Langkah ini diambil untuk menjaga posisi perusahaan di tengah pandemi COVID-19 yang terus meluas di Tanah Air. Berdasarkan surat yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (31/3/2020), terdapat enam poin penting yang diambil perusahaan, mulai dari penutupan gerai hingga menurunkan beban perusahaan dari segi sumber daya manusia (SDM).
2. Jual Citos, Jiwasraya Sudah Terima DP Rp 1,4 T
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menyebutkan telah mendapatkan calon pembeli untuk aset yang akan dijual, Cilandak Town Square (Citos). Bahkan, calon pembeli telah memberikan uang muka (down payment/DP) senilai Rp 1,4 triliun.
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengatakan calon pembeli Citos ini juga merupakan perusahaan pelat merah dalam bentuk konsorsium. Saat ini proses legal jual beli ini masih terus diselesaikan.
3. Pak Anies, Laba Perusahaan Bir Milik Pemrov DKI Turun Nih
Produsen Anker Bir yang sahamnya dimiiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) membukukan penurunan laba bersih sebesar 5,99% secara year on year (YoY) di akhir 2019. Jumlah laba ini menjadi senilai Rp 317,81 miliar dari sebelumnya senilai Rp 338,12 miliar di akhir 2018.
Penurunan laba bersih tersebut berdampak pada jumlah laba per saham perusahaan menjadi sebesar Rp 397, berkurang dari Rp 422 pada 2018.
4. 2018 Rugi, Emiten Minyak Grup Bakrie Cetak Laba pada 2019
Perusahaan energi milik grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan laba bersih senilai US$ 28,004 juta (Rp 448,06 miliar, asumsi kurs Rp 16.000/US$) untuk kinerja keuangan sepanjang 2019. Pada 2018 perseroan tercatat membukukan rugi sebesar US$ 12,71 juta.
Nilai laba per saham juga menjadi positif senilai US$ 0,0021 dari sebelumnya negatif US$ 0,0029.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan, pendapatan tahun lalu naik 22,26% secara year on year (YoY). Nilai pendapatan mencapai US$ 334,34 juta, naik dari US$ 273,46 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.
5. Harga Batu Bara Ambles, Indika pada 2019 Merugi Rp 290 M
PT Indika Energy Tbk (INDY) sepanjang 2019 lalu mengalami kerugian bersih senilai US$ 18,16 juta atau setara Rp 290,56 miliar (asumsi kurs Rp 16.000/US$). Nilai ini jelas-jelas berbanding terbalik dengan capaian kinerja perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya yang berhasil mengantongi laba bersih sebesar US$ 82,42 juta.
Nilai laba per saham perusahaan ikut tergerus menjadi negatif US$ 0,0035 dari sebelumnya senilai US$ 0,0154.
6. Rekor! Penjualan Batu Bara BUMI Tembus 87,7 Juta Ton di 2019
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencetak rekor penjualan batu bara tertinggi sepanjang masa pada 2019 sebesar 87,7 juta ton. Dibandingkan tahun sebelumnya penjualan batu bara perusahaan naik 9% dari 80,6 juta ton pada 2018.
Penjualan ini merupakan gabungan dari dua anak usahanya yakni, PT Kaltim Prima Coal sebesar 61,8 juta ton, naik 12% dibandingkan 2018 sebesar 55,2 juta ton. Sementara PT Arutmin Indonesia mencatat penjualan sebesar 25,9 juta ton, naik tipis dibandingkan tahun sebelumnya 25,5 juta ton.
7. Laba Emiten Batu Bara Milik Low Tuck Kwong Drop Hampir 50%
Kinerja emiten pertambangan batu bara selama 2019 mengalami tekanan cukup berat, salah satunya dialami PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang melaporkan penurunan laba bersih hampir 50% pada periode tersebut dari tahun 2018.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (31/3/2020), laba bersih BYAN tercatat ambles 47,79% menjadi US$ 246,43 juta atau setara dengan Rp 4,03 triliun (asumsi kurs Rp 16.347/US$). Pada 2018, perseroan mampu membukukan laba bersih US$ 471,97 juta atau Rp 7,72 triliun.
8. Laba Emiten Batu Bara Milik Luhut Ambles 30%, Tertolong CPO
Laba bersih PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA), emiten baru bara yang sahamnya juga dipegang oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, mencapai US$ 26,55 juta atau setara dengan Rp 425 miliar (asumsi kurs Rp 16.000/US$) sepanjang tahun lalu, turun 30% dari 2018 yakni US$ 37,79 juta atau Rp 605 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan TOBA yang dipublikasikan Selasa ini (31/3/2020), dengan laba bersih itu, maka laba bersih per saham (earnings per share) turun menjadi US$ 0,0033 dari tahun 2018 yakni US$ 0,0047.
9. IPO Saat Wabah COVID-19, Harga Sahamnya Kena ARA
PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) berhasil mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tengah ancaman pandemi corona (COVID-19) yang juga berdampak pada pasar saham. Saham perusahaan ini mengalami auto reject atas atau naik 35% saat pencatatan perdana saham ke Rp 162/saham dari harga penawarannya di Rp 120/saham.
Diperdagangkan sebanyak 40 ribu saham dengan nilai transaksi Rp 6,48 juta dengan frekuensi dua kali transaksi.
(tas/tas)https://ift.tt/2JsDXz9
April 01, 2020 at 08:14AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Matahari Potong Gaji Pegawai, Kinerja Emiten Batu Bara Jeblok"
Post a Comment