Search

Gila! Emas Dunia Diprediksi Meroket ke US$ 3.000/troy ons

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah di perdagangan Jumat (27/3/2020), meski demikian dalam sepekan tetapi membukukan penguatan tajam.

Pergerakan emas bagai roller coaster di bulan ini. Pada Senin (9/3/2020), harga emas sempat melesat hingga menyentuh US$ 1.702,56/troy ons yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2012. Namun selepas itu, emas justru terus merosot.


Di penutupan perdagangan Jumat pekan lalu (20/3/2020) emas berada di level US$ 1.497,64/troy ons, atau ambles lebih dari 12% dari level tertinggi tersebut.

Kemudian sepanjang pekan ini, logam mulia ini kembali melesat 8% di US$ 1.617,5/troy ons.

Pandemi virus corona (COVID-19) menjadi pemicu pergerakan emas tersebut. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE hingga saat ini sudah lebih dari 170 negara yang terpapar COVID-19, lebih dari 660.000 orang terinfeksi, dengan 30.652 orang meninggal dunia, dan lebih dari 139.000 sembuh.

AS kini menjadi negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia mengalahkan China yang merupakan asal pandemi ini. Hinga tercatat ada 122.666 kasus positif COVID-19, dengan korban meninggal lebih dari 2.000 orang dan yang sembuh lebih dari 1.000 orang.

Banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang membuat aktivitas ekonomi merosot tajam. Akibatnya, perekonomian global melambat signifikan, resesi di beberapa negara bukan lagi kemungkinan, tetapi pasti.

Lembaga pemeringkat internasional, Moody's Investor Services memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia atau G-20, akan terkontraksi tajam di tahun ini.

"Ekonomi negara G-20 akan mengalami guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada paruh pertama tahun ini dan akan berkontraksi pada tahun 2020 secara keseluruhan," tulis Moody's, dalam riset bertajuk Global Macro Outlook 2020-21, dikutip Kamis (26/3/2020).

Moody's memperkirakan, PBD riil sepanjang tahun 2020 dari negara-negara G-20 secara rata-rata akan minus 0,5%, jauh di bawah perkiraan pada proyeksi awal November lalu dengan estimasi pertumbuhan sebesar 2,6%.

"Namun pada tahun setelahnya akan diikuti oleh peningkatan ke pertumbuhan [ekonomi G-20] sebesar 3,2% pada tahun 2021," terang Moody's.

Akibatnya banyak bank sentral di berbagai negara memberikan stimulus moneter dengan menurunkan suku bunga hingga menerapkan kebijakan yang tidak biasa (unconventional) seperti program pembelian aset (quantitative easing/QE). Tidak hanya bank sentral, pemerintah negara-negara yang terpapar COVID-19 juga menggelontorkan stimulus moneter.

Negeri Paman Sam menjadi yang paling agresif. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membabat habis suku bunganya hingga menjadi 0-0,25%, kemudian menerapkan QE dengan nilai tanpa batas. Berapapun akan digelontorkan agar likuiditas di perekomian AS tidak mengetat.

Kemudian, Pemerintah AS juga menggelontorkan stimulus fiskal dengan nilai jumbo. Jumat waktu AS, Presiden AS sudah menandatangai undang-undang stimulus senilai US$ 2 triliun. Angka tersebut dua kali lipat dari nilai perekonomian Indonesia.

Banyak analis melihat kebijakan The Fed akan membawa harga emas dunia menguat naik, tetapi salah satu perusahaan trading di Asia, WingCapital Investment lebih melihat peningkatan belanja pemerintah dengan gelontoran stimulus tersebut dapat menaikkan rasio utang terhadap produk domestic bruto (PDB) akan membawa harga emas terbang tinggi.

"Secara historis kami melihat rasio utang terhadap PDB memiliki korelasi yang lebih besar dibandingkan dengan balance sheet The Fed (terhadap harga emas)" tulis analis WingCapital yang dikutip Kitco.com.

Dengan kondisi saat ini, harga emas diprediksi akan mencapai US$ 3.000/troy ons dalam 3 tahun ke depan.

Analis tersebut melihat pada periode sebelumnya ketika emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons pada September 2011, rally tersebut berakhir ketika laju kenaikan rasio utang terhadap PDB AS mulai menurun.

Untuk saat ini, belanja masif pemerintah AS guna memerangi COVID-19 diprediksi akan membengkakkan defisit anggaran, hingga rasio utang terhadap PDB akan menyamai ketika perang dunia II ketika naik sebesar 30% tahun ini. Sementara itu, beberapa analis lainnya melihat rasio tersebut akan naik sekitar 10% sampai 14%.

Untuk diketahui, saat ini rasio utang terhadap PDB AS pada tahun 2019 mencapai 108,28% dari PDB, berdasarkan data CEIC.

Sebagai perbandingan pada tahun 2008 ketika terjadi krisis finansial global, rasio utang terhadap PDB AS naik sekitar sebesar 8% di tahun 2008 dari tahun 2007 menjadi 72,72%. Kemudian naik lagi 12% menjadi 85,21% di tahun 2009. Laju kenaikan tersebut mulia menurun pada tahun 2010 dan harga emas mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah pada Setember 2011, setelahnya malah terus melorot seiring melambatnya laju kenaikan rasio utang terhadap PDB AS.

"Dalam prospek harga, menggunakan panduan pasca krisis finansial 2008 ketika pasar bullish dan harga emas naik dua kali lipat 3 tahun setelahnya, menurut kami target emas jangka panjang ke US$ 3.000/troy ons menjadi masuk akal" kata analis tersebut.

"Kami melihat, pelemahan harga emas akibat faktor musiman atau kebutuhan akan likuiditas spekulat0r besar, akan menjadi peluang beli untuk mengakumulasi posisi jangka panjang" katanya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(pap)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2WRSXyo

March 29, 2020 at 09:50AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Gila! Emas Dunia Diprediksi Meroket ke US$ 3.000/troy ons"

Post a Comment

Powered by Blogger.