Pada pukul 9:07 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp 16.500/US$, merosot 3,77% di pasar spot melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 17 Juni 1998, kala itu rupiah mencapai level terlemah intraday Rp 16.800/US$.
Tanda-tanda akan kembali terjadi aksi jual di pasar keuangan dalam negeri sudah terlihat sejak dini hari tadi. Indeks saham berjangka (futures) Wall Street langsung ambles 5% menyentuh "batas bawah" atau "limit down" dari 5 menit setelah perdagangan di bulan pukul 5:00 WIB.
Indeks berjangka Wall Street bisa dijadikan indikator sentimen konsumen terhadap aset-aset berisiko. Ketika ambles, itu artinya sentimen sedang memburuk dan berisiko memicu aksi jual di pasar keuangan dalam negeri, baik di bursa saham maupun pasar obligasi.
Berdasarkan data dari RTI, investor asing melakukan aksi jual bersih secara year to date (YTD) hingga Jumat pekan lalu sebesar Rp 10,25 triliun.
Sementara itu di pasar obligasi, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang tahun ini hingga 18 Maret, terjadi capital outflow sebesar Rp 86,49 triliun.
Akibat capital outflow yang terjadi di pasar saham dan obligasi, rupiah menjadi babak belur hingga menyentuh level terlemah sejak krisis moneter 1998. Sepanjang pekan lalu, rupiah ambles 7,87%, dan menjadi yang terburuk sejak pekan terakhir bulan Oktober 2008.
Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.
Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD). Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar.
Capital outflow tersebut terjadi akibat pendemi virus corona (COVID-19) yang meluas dan nyaris semua negara terpapar virus asal kota Wuhan provinsi Hubei, China tersebut.
Akibatnya banyak negara mengambil kebijakan lockdown, yang membuat aktivitas ekonomi global merosot tajam, bahkan muncul risiko resesi. Dampaknya aksi jual tak terhindarkan di pasar keuangan RI, dan terjadi capital outflow nyaris Rp 100 trilun di pasar saham dan obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
https://ift.tt/3ao7dCQ
March 23, 2020 at 09:08AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Waduh! Masih Pagi Rupiah Sudah Tembus Rp 16.500/US$"
Post a Comment