Kesempatan ini digunakan oleh Anggoro untuk memaparkan strategi BNI pada 2019, baik dari sisi digital banking, suku bunga, likuiditas hingga aksi korporasi.
Bagaimana strategi BNI pada 2019, simak wawancara eksklusif di bawah ini:
BUMN bersatu membuat LinkAja untuk menyaingi Ovo dan Gopay. Sementara BNI telah memiliki Unikqu dan YAP. Sebenarnya berapa besar Capex yang disiapkan untuk 2019, dan porsi untuk digitalnya seperti apa?
Setiap tahun kami fokus meningkatkan kapabilitas di bidang IT, karena digitalisasi penting maka lebih dari Rp 1 triliun kami spend untuk peningkatan kapabilitas IT kami. Itu bukan hal yang bisa ditawar, karena ekspektasi nasabah kan cepat dan mudah. Itu hanya bisa dikejar jika kami punya kapabilitas IT yang baik.
Dengan Rp 1 triliun itu apakah akan disalurkan untuk Unikqu dan YAP, karena kami juga mendapatkan informasi pemain bank plat merah akan dilebur ke dalam LinkAja?
UnikQu atau LinkAja kan ada salah satu moda transaksi, cara transaksi dengan QR Payment, tapi kalau bicara IT kan bicara kapabilitas transaksi, kapabilitas dari layanan kami tingkatkan. Karena sekarang transaksi dari cabang trennya berpindah ke elektronik channel, bisa ATM, internet banking, mobile banking, bahkan SMS banking masih ada yang pakai. Disana akan terasa dampaknya, semakin banyak penggunanya, transaksi per detik akan semakin tinggi.
Disamping juga program-program, juga bicara big data, juga internet of things. Butuh warehouse yang bagus, dan butuh delivered dengan baik. Itu semua tidak bisa dilakukan dengan orang melainkan robotik, makanya kami katakan investasi penting karena kita tidak akan bisa mengejar.
Sejauh ini seperti apa proses integrasi UnikQu masuk menjadi LinkAja?
Pada saat bicara LinkAja, masing-masing bank sudah memiliki platform e-money masing-masing. Pada saat nanti bergabung, mekanismenya tidak terlalu rumit, tinggal bahasa program terkoneksi. Sebelumnya kami ada YAP, yakni QR payment yang basisnya uang elektronik pada kartu debet dan kartu kredit, tapi pada saat bergabung dengan LinkAja salah satu yang di merge adalah uang elektronik, padahal ada dua lagi yang bisa ikut langsung di dalamnya.
Secara teknis ini adalah yang sangat mungkin. Kalau kita lihat di ATM BNI, top up kemana pun bisa. Konsepnya mirip, karena di ATM BNI sudah bisa Top Up ke Gopay, Top Up ke Ovo, sehingga nanti kalau top up ke LinkAJa top up kemana pun sudah bisa.
Ada tantangan dari suku bunga acuan, dan NIM BNI harus dikorbankan sebesar 20 basis poin, tapi NPL terjaga di bawah 2%, meski ada peluang kenaikan tapi kemungkinan akan terjaga. Strateginya apakah ada penyesuaian suku bunga kredit, pinjaman, atau pilih dipertahankan?
Kami berencana mereview bunga pinjaman, tentu sangat selektif. Di sektor yang tahun ini kelihatannya sudah bagus, fokus utama kita seperti tadi menjaga perbaikan kualitas dan menjaga NPL. Referensi kita NPL kita 1,9-2%. Tahun ini rasanya kami mulai meningkatkan, kredit kecil di luar KUR, yang akan kami review mana sektor yang bisa kami naikkan. Kemudian di sektor menengah juga demikian. Untuk korporasi mungkin kami akan lihat dulu, tapi consumer juga rasanya bisa kami review, mana yang bisa kami naikkan.
Kami membuka peluang mana saja yang bisa kami naikkan. Itu terbuka peluang tapi kami juga melihat pasar, bagaimana pergerakan pasar. Kalau kompetitor sudah mulai bergerak ke arah peningkatan suku bunga di segmen tertentu, maka kami juga akan menyesuaikan.
Bunga KPR masuk di dalamnya?
KPR saya rasa termasuk produk yang ketat petarungannya, untuk suku bunganya. KPR rasanya belum saat ini. KPR tahun ini ditargetkan tumbuh 8-10%. Pertumbuhan tertinggi untuk tahun ini adalah payroll Loan, 20-25%, tahun lalu kami tumbuh 31%. Payroll loan kami segmennya beragam, kami bisa lihat segmen tertentu gaji tertentu mungkin kami bisa sesuaikan suku bunganya.
Payroll loan kan permainan pada kecepatan proses, jumlah yang bisa diambil.
Kalau untuk debitur korporasi, sektor yang mana yang sudah bisa dinaikkan suku bunga pinjamannya?
Korporasi kami sangat hati-hati, karena sejak tahun lalu kami fokus pada kualitas, maka kami bermain pada Big Names. Mereka selalu punya offering banyak, jadi tentu saja untuk menaikkan suku bunga kita pilih. Yang kami mau kejar justru di supply chain, value chain-nya yang mau kami garap di kredit menengah dan kecil, di sanalah kami akan bermain di suku bunga berbeda misalnya.
Pengetatan likuiditas masih terjadi di Bank Domestik. Beberapa bank mengakui pengetatan likuiditas tersebut dan membuat beberapa bank merilis obligasi.
Apa BNI ada rencana menerbitkan obligasi?
Tahun ini kami ada rencana menerbitkan obligasi senior. Tapi kapan waktunya, kami akan melihat kebutuhan dan kondisi market untuk masuk. Tahun ini terkait likuiditas, itu kan karena ekspansi kreditnya lebih agresif dibandingkan dana pihak ketiga yang bisa kami garap. Karena kami punya kekuatan di korporasi, maka strategi kami menjual Retensi dana korporasi.
Korporasi besar biasanya punya perputaran besar, tetapi pengelolaan belum terlalu baik. Makanya kami menawarkan cash management, sehingga dia bisa mengatur keuangan sendiri. Ujungnya keuangan hanya dari BNI ke BNI. Supply chain financing, Value Chain itu hal yang mau kami garap dengan cash management yang kami miliki. Sehingga supply chain dan value Chain bisa menggunakan layanan kita, sehingga dananya berpindah dari korporasi tersebut ke tempat yang masih BNI juga. Itu cara kita menahan likuiditas yang ada di bank kami.
Berapa besar dana obligasi yang akan diterbitkan?
Nanti kami akan lihat kebutuhannya, di kuartal II-2019.
Aksi korporasi menarik dari BNI sendiri?
Yang pasti kami akan banyak terkait dengan penguatan kemampuan kami. Misalnya akuisisi bank, yang kapabilitasnya bisa jadi penguat dari kemampuan kami. Segmen consumer dan kecil adalah segmen kedua terbesar selain korporasi. Kalau bicara segmen kecil dan consumer kita perlu kekuatan lain. Bank seperti apa yang akan kami akuisisi, sejak tahun lalu kami masih mencari, mana yang kira-kira posturnya melengkapi kemampuan kami untuk penetrasi.
Berapa nominator yang masuk beauty contest tersebut?
Nominator pasti banyak.
Tapi akan dilakukan 2019?
Sebenarnya sejak tahun lalu, kami taruh di rencana bisnis kami. Kalaupun tidak terjadinya, bukan karena tidak jadi. Melainkan karena belum ketemu, kami pasang itu sebagai target. Selain akuisisi, kami juga berencana memiliki venture capital. Kami tahu bahwa transaksi ke depan fokus pada digital, dan kapabilitas tersebut selain dibangun oleh bank, rasanya perlu partnership juga dengan start up dan fintech. satu lagi asuransi, kami rasanya perlu bisnis asuransi, karena pembiayaan kami semakin beragam. Terkait dengan pembiayaan tersebut perlu dicover asuransi dengan sinergi anak perusahaan.
Spesifikasi seperti apa yang bisa dibutuhkan untuk mensupport bisnis secara garis besar, untuk venture capital atau asuransi?
Venture Capital kami punya beberapa opsi, bisa kami ambil, bisa juga bikin sendiri. Karena dua-duanya bisa kami lakukan. Kami punya BNI Sekuritas dan BNI Asset Management, kami ingin punya vehicle untuk masuk ke start up yang memiliki kebutuhan dengan kami. Kami ingin mempercepat transaksi, penetrasi bisanya bisanya butuh partner.
Kita bicara ekosistem, kalau kami tahu Gojek dengan transportasinya, kalau di bank kami lihat ekosistemnya seperti apa, itu yang kami lihat. Ekosistem tersebut yang bermain di sana start up atau fintech apa yang sudah bagus, kalau gitu langsung ajak kolaborasi.
Apakah sudah semakin dekat untuk mengakuisisi venture capital?
Tahun ini jadi prioritas utama kami, rasanya semester I-2019 sudah bisa selesai.
Apakah venture terkenal yang akan diambil?
Opsinya masih tetap dua, buat sendiri atau kami akuisisi.
Pertumbuhan kredit BNI 2019?
Tahun lalu kami tumbuh 16%, tahun ini saya rasa 13-15%. Kalau ditanya lebih rendah dari tahun lalu karena kami ingin tumbuh lebih stabil dan berkualitas, kami jaga LDR kami di 88-89%, kami punya peluang tumbuh besar karena LDR masih cukup leluasa, tapi kami ingin tumbuh sehat. Kami ga ingin terlalu tinggi.
Kalau zoom in lebih dalam, korporasinya lebih kecil, paling 14% tapi yang akan tinggi adalah kredit kecil 14-16%, consumer juga 13-15%. kalau dilihat kredit yang yield-nya lebih tinggi yang akan kami dorong. Consumer yieldnya lebih tinggi dibandingkan korporasi.
Apakah optimistis 2019 akan lebih baik untuk BNI, kita tahu Bank Indonesia menyesuaikan apakah akan menaikkan suku bunga, menurut anda sebaiknya bagaimana?
Kalau melihat sinyal-sinyal, AS dan China mulai berdamai, rasanya peluang kenaikan fed fund rate lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Kita juga tahu, bank sentral lain seperti di Inggris dan Thailand punya tekanan untuk naik. Jika nanti itu mempengaruhi kita dan BI harus merespon lain, tapi kenaikan adalah cara terakhir Bank Indonesia, tidak seperti tahun lalu. buat kami kalau itu terjadi, market lebih stabil, pengusaha punya prediksi yang lebih baik dan buat bank kami senang.
Di tengah The Fed akan dowfish, dan dampaknya pada sektor finansial, seperti apa melihat Maret 2019, dan strategi BNI menghadapi tantangan?
Kami berharap tahun ini lebih baik, tahun lalu sangat tidak stabil. Di awal tahun lalu, kami memprediksi kenaikan Fed Fund Rate hanya sekali ternyata empat kali. Tahun ini kalau melihat kondisi yang ada kemungkinan 1-2 kali.
BNI melihatnya ke depan, kami kuat di segmen korporasi. Sekitar 52% portofolio kita ada di segmen korporasi. Segmen korporasi kalau kita lihat tahun lalu adalah segmen-segmen yang kita harus kelola dengan baik karena terpengaruh kenaikan suku bunga,fluktuasi nilai tukar, harga komoditas, karena segmen unggulan yang kami geluti adalah pertanian, infrastruktur, manufaktur. begitu infrastruktur membaik, maka pengangkutan, pergudangan diharapkan menjadi sektor yang punya potensi besar.
Itu yang menjadi strategi 2019, kami akan masuk di segmen korporasi sebagai core 52% diikuti kecil dan consumer. Jika infrastruktur bagus maka dampaknya lebih luas ke usaha kecil. KUR juga salah satu program yang kami dorong, tahun lalu cukup bagus berkembang, consumer, karena tahun lalu PDB kita juga disokong 50% dari konsumsi rasanya ini jadi peluang besar buat kami.
Target laba tahun ini?
Pada 2019 kami prediksi laba tumbuh 13-15%, untuk NIM 2018 5,3%, kalau tahun ini kami akan jaga di 5,25-5,3%. Kalau bicara NIM, tekanan tahun lalu adalah kenaikan BI rate di tengah tahun 2018. Tentu saja ekspektasi terhadap dana simpanan jadi tinggi, sementara kita tidak bisa serta merta meningkatkan suku bunga pinjaman.
Kami harus lihat apakah suku bunga ini cukup bijak dinaikkan, fokus kami adalah perbaikan kualitas. NPL kami jaga, kalau dinaikkan nanti malah jadi NPL. Tahun ini kami berpikir tekanan itu harusnya lebih rendah kalau FFR 1-2 kali, tentunya BI akan menggunakan pola yang mirip.
Saksikan video Ternyata BNI Sedang Mengincar Sejumlah Perusahaan
[Gambas:Video CNBC] (dob)
https://ift.tt/2HilJ4z
March 11, 2019 at 07:07PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penuh Aksi Korporasi, Inilah Strategi BNI pada 2019"
Post a Comment