
Di pasar spot, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.385/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah, melemah 0,17% di Rp 14.410/US$ mendekati level terlemah 9 bulan Rp 14.415/US$ yang disentuh pada 2 Maret lalu. Setelahnya, rupiah berhasil berbalik menguat 0,31% ke Rp 14.340/US$ pada pukul 10:00 WIB.
Sementara itu, kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.411. Rupiah melemah 0,48% dibandingkan posisi Senin kemarin.
Mulai meredanya aksi jual di bursa saham global memberikan sentimen positif ke pasar dalam negeri. Beberapa indeks utama Asia, seperti Nikkei Jepang, Shanghai Composite China, dan Kospi Korea Selatan memang masih berada di zona merah, tetapi tidak sebesar Senin kemarin.
Nikkei melemah sekitar 1,5% Shanghai Composite dan Kospi turun sekitar 0,5%, sementara indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,25%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menguat lebih lebih dari 1,5%.
Mulai stabilnya pergerakan bursa saham mengindikasikan sentimen pelaku pasar mulai membaik atau tidak seburuk Senin kemarin. Dampaknya rupiah merasakan zona hijau untuk pertama kalinya setelah merosot tiga hari terakhir. Bahkan dalam dua hari perdagangan sebelumnya, rupiah selalu menjadi mata uang dengan kinerja terburuk.
Sementara pada pagi ini, rupiah menjadi yang terbaik di Asia. Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pagi ini.
Di bulan Januari lalu, rupiah sempat menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia setelah menguat lebih dari 2% melawan dolar AS. Saat itu sentimen pelaku pasar masih bagus, pertumbuhan ekonomi global tahun ini diprediksi lebih bagus dibandingkan tahun lalu, sehingga pelaku pasar mengalirkan investasinya ke aset-aset dengan imbal hasil tinggi, dan rupiah menjadi mata uang yang paling diuntungkan.
Tetapi hal tersebut berubah drastis setelah munculnya wabah virus corona di kota Wuhan China yang akhirnya meluas ke berbagai negara termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini virus corona sudah menjangkiti 113 negara, dengan jumlah kasus lebih dari 113.000 orang. Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 4.016 orang meninggal dunia. Di Indonesia sendiri dilaporkan ada sebanyak 19 kasus virus corona.
Wabah yang disebut Covid-19 tersebut diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi global, tentunya berbanding terbalik dengan di awal Januari lalu dimana pelaku pasar melihat pertumbuhan ekonomi akan menbaik. Dampaknya, rupiah terus tertekan hingga menyentuh level terlemah 9 bulan di awal Maret lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
https://ift.tt/2wHhc7t
March 10, 2020 at 10:54AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Balik Menguat dan Terbaik di Asia, Tapi Loyo di JISDOR"
Post a Comment