Search

Usai Rebound Kemarin, Akankah Harga SUN Menguat Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat (rebound) pada perdagangan Rabu kemarin (29/1/2020) saat investor menantikan pengumuman suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) tadi malam.

Rebound tersebut mematahkan tren koreksi yang sudah terjadi cukup lama akibat kekhawatiran virus corona Wuhan. Kondisi pembalikan arah mengindikasikan pasar sudah jenuh jual untuk sementara waktu.

Pada Rabu malam (29/1/2020), bank sentral Amerika Serikat, 
The Fed mempertahankan suku bunga acuannya. Federal Open Market Committe (FOMC) tetap mematok suku bunga di rentang 1,5 hingga 1,75%.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) pada Rabu kemarin itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. 


Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling menguat adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 12,5 basis poin (bps) menjadi 6,64%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 29 Jan'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 28 Jan'20 (%)

Yield 29 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 29 Jan'21 (%)

FR0081

5 tahun

6.125

6.034

-9.10

5.9727

FR0082

10 tahun

6.773

6.648

-12.50

6.634

FR0080

15 tahun

7.191

7.155

-3.60

7.1232

FR0083

20 tahun

7.382

7.337

-4.50

7.3311

Sumber: Refinitiv

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah pada Rabu kemarin tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,55 poin (0,2%) menjadi 275,94 dari posisi kemarin 275,39.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 501 bps, menyempit dari posisi Selasa 513 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 1,2 bps hingga 1,62% dari posisi Selasa  1,64%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 29 Jan'20

Seri

Benchmark

Yield 28 Jan'20 (%)

Yield 29 Jan'20 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.572

1.577

3 bulan-5 tahun

12.7

UST 2020

2 Tahun

1.457

1.445

2 tahun-5 tahun

-0.5

UST 2021

3 Tahun

1.446

1.43

3 tahun-5 tahun

-2

UST 2023

5 Tahun

1.466

1.45

3 bulan-10 tahun

-5.2

UST 2028

10 Tahun

1.641

1.629

2 tahun-10 tahun

-18.4

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.089,18 triliun SBN, atau 39,15% dari total beredar Rp 2.781 triliun berdasarkan data per 28 Januari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 2,84 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan sekaligus awal tahun masih surplus Rp 27,32 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

 

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 28 Jan'20 (%)

Yield 29 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.715

6.675

-4.00

China (A+)

3.053

3.05

-0.30

Jerman (AAA)

-0.378

-0.375

0.30

Prancis (AA)

-0.093

-0.122

-2.90

Inggris Raya (AA)

0.553

0.54

-1.30

India (BBB-)

6.575

6.568

-0.70

Jepang (A)

-0.036

-0.033

0.30

Malaysia (A-)

3.136

3.158

2.20

Filipina (BBB)

4.589

4.625

3.60

Rusia (BBB)

6.27

6.26

-1.00

Singapura (AAA)

1.656

1.617

-3.90

Thailand (BBB+)

1.385

1.36

-2.50

Amerika Serikat (AAA)

1.641

1.629

-1.20

Afrika Selatan (BB+)

9.085

9.03

-5.50

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(irv/irv)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/37GBM5I

January 30, 2020 at 03:41PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Usai Rebound Kemarin, Akankah Harga SUN Menguat Lagi?"

Post a Comment

Powered by Blogger.