Search

Dunia 'Darurat' Corona, Emas Sanggup ke US$ 1.600/Oz?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global di pasar spot pagi ini bergerak ke utara. Pasar masih mewaspadai epidemi corona yang meluas dan terus menelan korban.

Data Refinitiv menunjukkan harga emas di pasar spot ditransaksikan menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (30/1/2020). Di pasar spot logam mulia ini dihargai US$ 1.579,35/troy ons, menguat 0,17% dibanding posisi penutupan kemarin.


Harga emas kembali bergerak mendekati level tertingginya dalam setahun di US$ 1.581,65/troy ons. Sejak pertengahan Januari lalu, harga emas cenderung bergerak naik. Salah satu faktor penyebab kenaikan ini adalah virus corona.

Virus corona merupakan virus yang masih satu golongan dengan penyebab SARS. Dampak yang ditimbulkan oleh virus ini dapat berupa pneumonia hingga kegagalan sistem pernapasan.


Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan awal tahun ini setelah lebih dari 50 orang dilaporkan mengidap pneumonia secara misterius. Usut punya usut, pasar grosir seafood di Wuhan menjadi tempat asal muasal virus tersebut.

Pasar tersebut tak hanya menjual makanan seafood. Namun juga menjual daging hewan liar lainnya seperti kelelawar. Penyakit akibat virus corona ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis).

Kasus kematian pertama dilaporkan pada 9 Januari lalu. Seorang pria berusia 61 tahun di Wuhan dinyatakan meninggal dunia setelah positif terinfeksi virus ganas ini. Setelah kejadian tersebut, jumlah kasus yang dilaporkan tiap harinya bertambah, begitu juga dengan jumlah korban meninggal.

CNBC Internasional melaporkan, saat ini sudah ada 7.700 kasus dan korban meninggal dunia dilaporkan mencapai 170 orang. Virus ini tak hanya menyebar di China saja. Sekarang ada 18 negara yang sudah melaporkan temuan kasus ini.

Saking cepatnya virus ini meluas, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kondisi saat ini sangatlah memprihatinkan. Minggu ini WHO akan mengadakan pertemuan untuk membahas apakah situasi sekarang statusnya akan berubah menjadi darurat global.

Agar virus tak meluas, sebanyak 20 kota di China berada dalam fase karantina. Fasilitas transportasi umum ditutup. Warga China diminta untuk tetap tinggal di rumah dan tak bepergian ke mana-mana. Restoran juga banyak yang ditutup untuk menghindari kerumunan.

Mulai banyak ekonom dan analis yang memperhitungkan dampak dan kerugian dari peristiwa ini untuk China. Salah seorang analis dari Nomura bahkan meyakini dampak ekonomi virus corona ini akan lebih besat daripada SARS 17 tahun silam.

Saat SARS merebak pada 2002-2003, pertumbuhan ekonomi China sempat terpangkas 2 persen poin pada kuartal pertama ke kuartal kedua tahun 2003. "Berdasarkan asmsi kami, pertumbuhan PDB China untuk kuartal pertama 2020 akan di bawah 6% yang dicapai tahun 2019.." katanya.

Namun analis tersebut juga menjelaskan bahwa dampak dari virus ini sifatnya sementara dan tak memiliki dampak jangka panjang. Masalahnya adalah China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS.

Jika ekonomi China tertekan maka ekonomi global pun bakal kena dampaknya. Sentimen inilah yang menggerakkan harga emas pagi ini. Ditambah dini hari tadi The Fed memilih tetap mempertahankan suku bunga acuannya di 1,5% - 1,75%.

Namun ada kemungkinan The Fed akan menyuntikkan likuiditas ke pasar. Hal ini akan dilakukan The Fed melalui operasi transaksi repo. The Fed menilai cara ini dapat digunakan untuk mengatur tingkat suku bunga acuan pada level yang diharapkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2u2JI2j

January 30, 2020 at 04:05PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Dunia 'Darurat' Corona, Emas Sanggup ke US$ 1.600/Oz?"

Post a Comment

Powered by Blogger.