Dalam dokumen Krakatau Steel 2020: Penguatan Industri Baja Domestik, yang diterima CNBC Indonesia, Krakatau Steel menyampaikan telah menghentikan lini produksi wire rod pada akhir 2018.
Selain itu, perseroan juga menurunkan produksi section and bar mill sampai 50%. Dampaknya, terjadi pengurangan tenaga kerja 3.500 orang.
Dokumen itu menyebutkan, impor baja di Indonesia setiap tahun dalam tren meningkat, pada 2015 impor baja masih 5,2 juta ton, lalu pada 2019 menembus 6,9 juta ton. Kondisi ini perlahan membunuh industri baja domestik. Dari nilai impor itu 90% berasal dari 5 negara utama, antara lain China, Jepang, Taiwan, Vietnam, dan Korea.
Banjir baja impor menyebabkan utilisasi pabrik hanya ada yang mencapai 35% dari kapasitas seharusnya 2,4 juta ton terutama di industri baja yang memproduksi jenis CRC.
Utilisasi pabrik baja jenis wire rod, bar, dan section juga rendah hanya 38% dari kapasitas terpasang 12,4 juta ton.
Nasib yang sama pada produsen baja jenis HRC, utulisasi mereka hanya 52% dari kapasitas 7,7 juta ton. Juga utilisasi pabrik baja jenis GIS/GAL hanya 56% dari kapasitas 2,2 juta ton.
Secara keseluruhan industri baja domestik hanya hidup memanfaatkan utilisasi sebesar 43% rata-rata dari total kapasitas 24,6 juta ton semestinya. Utilisasi yang rendah ini tentu tak hanya menimbulkan kerugian, tapi langkah efisiensi produk, selain tenaga kerja.
Catatan Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), setidaknya ada 7 produsen baja dari 218 anggota IISIA di dalam negeri yang menghentikan produksi atau memangkas produksi, yaitu:
- Sarana Central menghentikan lini produksi zinc steel
- Bluescope menurunkan produksi zinc alumunium plywood sampai 50% dari produksi normal
- Tata Metal Lestari, Essar, dan satu pabrik lainnya menurunkan produksi zinc steel sampai 40-50%
- Satu produsen menghentikan beberapa lini produksi wire rod
- Krakatau Steel menghentikan lini produksi wire rod pada akhir 2018. Juga menurunkan produksi section and bar mill sampai 50%.
Ketua Umum Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron & Steel Industry Association/IISIA) Silmy Karim yang juga Dirut Krakatau Steel, pernah mengatakan pabrik baja yang sudah tutup hingga 7 pabrik.
"Industri hilir baja sudah tutup tujuh pabrik, kemudian kita kehilangan demand," kata Silmy di Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Jumlah pabrik tutup yang diklaim Silmy lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Direktur Eksekutif IISIA dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada November lalu mengklaim 3 pabrik baja tutup akibat rendahnya utilisasi saat ini yang kemudian berdampak pada PHK pekerja pabrik baja.
Silmy menuturkan tekanan yang ada saat ini bisa mengancam KRAS ke depan, sebab perseroan memproduksi produk baja untuk industri.
(hoi/hoi)
https://ift.tt/2S0ZB1w
January 28, 2020 at 04:37PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kena Tsunami Baja Impor, Krakatau Steel Pangkas 3.500 Pekerja"
Post a Comment