"Kami merekomendasi jual hari ini," ujar Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya pagi ini (29/1/20).
Dia menilai pelemahan yang sudah terjadi sejak awal pekan ini masih dapat berlanjut hari ini, meskipun lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) yang digelar pemerintah kemarin dinilai sukses dan masih menunjukkan minat pelaku pasar obligasi yang belum hilang.
Kemarin, pasar yang lesu tak menyurutkan minat investor dalam lelang sukuk negara yang menghasilkan tingginya permintaan dalam lelang tersebut yakni hingga Rp 46,91 triliun.
Dalam lelang itu, nilai permintaan hampir dua kali lipat dari rerata lelang SBSN sepanjang 2019 yaitu Rp 23,78 triliun atau tepatnya naik 97,2%. Angka lelang hari ini juga lebih dari tiga kali lipat dari rerata lelang SBSN pada 2018 (Rp 12,75 triliun).
Meski demikian, nilai permintaan itu belum mampu melampaui permintaan lelang SBSN pertama 2020 yaitu Rp 59,14 triliun. Dalam lelang itu, pemerintah menerbitkan sukuk negara senilai Rp 8 triliun, masih di atas target indikatif yang ditetapkan senilai Rp 7 triliun.
"Itu artinya pasar obligasi masih diminati, meskipun kami melihat secara valuasi harga pasar obligasi sudah mulai kemahalan," ujar Nico.
Sejauh ini Nico dan tim menilai pelaku pasar dan investor masih masuk ke dalam tenor pendek, apalagi di tengah tingginya tingkat ketidakpastian saat ini yang membuat para pelaku pasar dan investor cenderung memilih masuk ke dalam durasi jangka waktu pendek karena memiliki tingkat volatilitas yang lebih rendah daripada tenor panjang.
Dia juga menilai dampak virus corona Wuhan mulai terlihat signifikan dengan tingkat kematian yang terus bertambah. Sejauh ini sudah ada 2.744 kasus dengan lebih dari 100 angka kematian, dan kemungkinan bertambahnya angka itu masih terbuka lebar. Hingga kemarin, sudah ada lebih dari 30.000 orang sedang diperiksa secara seksama atas dugaan serangan virus corona.
Pergerakan harga dan tingkat imbal hasil (yield) SUN saling bertolak belakang di pasar, dan yield lebih digunakan di pasar karena mencerminkan harga, kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Tahun ini, seri acuan baru adalah FR0081 untuk tenor 5 tahun, FR0082 10 tahun, FR0080 15 tahun, dan FR0083 20 tahun.
IHSG yang masih belum lepas dari tren koreksi membuat para pelaku pasar dan investor melakukan switching, beberapa di antaranya ke pasar SUN, karena hal ini dinilai penting untuk menjaga Return on Investment bagi portfolio masing masing.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.091,26 triliun SBN, atau 39,23% dari total beredar Rp 2.781 triliun berdasarkan data per 27 Januari.
Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 760 miliar sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan dan awal tahun masih surplus Rp 29,4 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)https://ift.tt/36wMQRj
January 29, 2020 at 04:24PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Virus Corona Hantui Pasar, Harga SUN Bakal Memerah"
Post a Comment