Jumat (31/1/2020) harga emas di pasar spot menyentuh level US$ 1.571,69/troy ons atau turun 0,14% dibanding posisi penutupan kemarin. Ruang untuk emas menguat sebenarnya masih ada mengingat jumlah korban berjatuhan akibat virus corona terus bertambah.
CNBC Internasional melaporkan jumlah orang yang terjangkit virus corona sudah mencapai 9.692 dan jumlah korban yang meninggal bertambah menjadi 213 orang. Berbagai maskapai penerbangan global untuk sementara menghentikan penerbangan ke berbagai daerah di China.
Beberapa maskapai penerbangan tersebut seperti Air France (hingga 9 Februari), British Airways (hingga akhir Januari), Air Seoul , Egyptair dan maskapai penerbangan Indonesia Lion Air.
Lebih dari 20 kota di China saat ini berada dalam karantina baik parsial maupun total. Warga China diminta untuk tak bepergian ke mana-mana. Libur tahun baru imlek diperpanjang di beberapa wilayah di China.
Bisa dibayangkan kejadian ini membuat ekonomi beberapa kota di China lumpuh terutama Wuhan yang merupakan salah satu pusat manufaktur, pengepakan serta sentra bisnis Negeri Panda.
Beberapa ekonom sudah mulai menghitung dampak ekonomi dari kejadian ini. Analis Nomura menulis dalam sebuah laporan, tingkat pertumbuhan PDB China mungkin berada di bawah 6% yang berhasil dicapai pada 2019.
China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia merupakan pusat manufaktur global. Tak hanya itu, populasi yang sangat besar hingga lebih dari 1 miliar orang membuat China sebagai negara konsumen terbesar berbagai produk terutama komoditas.
Kala ekonomi China melambat atau bahkan terkontraksi, bisa dibayangkan dampak ini dapat meluas ke negara-negara lain yang bergantung pada perekonomian China. Emas sebagai aset minim risiko menjadi dilirik oleh pelaku pasar untuk menyelamatkan portofolionya, sehingga hal ini dapat mendorong harga emas bergerak lebih tinggi.
Namun harga emas malah terkoreksi bukannya naik. Padahal WHO sudah resmi mendeklarasikan situasi darurat global atas merebaknya virus ini. Salah satu pemicunya adalah data ekonomi China.
Pada 08.00 pagi tadi Biro Statistik China (NBS) merilis data PMI manufaktur dan PMI non-manufaktur Negeri Panda untuk bulan Januari. Untuk PMI manufaktur, angkanya sesuai dengan konsensus yang dihimpun Trading Economics di level 50. Artinya aktivitas manufaktur di posisi netral, tak terkontraksi maupun tak berekspansi.
Sementara data PMI non-manufaktur China untuk bulan Januari malah naik. Pada bulan Desember PMI non-manufaktur berada di posisi 53,5. Konsensus meramal PMI non manufaktur China tak berubah. Namun berdasarkan rilis data NBS angka PMI Januari 2020 berada di 54,1.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas)https://ift.tt/3aWgPWn
January 31, 2020 at 05:31PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "WHO Sebut Wabah Corona Darurat Global, kok Harga Emas Turun?"
Post a Comment