Search

Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Asia Dibuka Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (29/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei naik 0,4%, indeks Straits Times menguat 0,01%, dan indeks Kospi bertambah 0,53%.

Bursa saham Benua Kuning sukses mengekor kinerja Wall Street yang menggembirakan pada perdagangan kemarin, Selasa (28/1/2020). Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones naik 0,66%, indeks S&P 500 menguat 1,01%, dan indeks Nasdaq Composite melejit 1,43%.


Wall Street menguat pasca sudah babak belum pada perdagangan sebelumnya, Senin (27/1/2020). Pada penutupan perdagangan hari Senin, indeks Dow Jones ambruk 1,57%, indeks S&P 500 turun 1,57%, dan indeks Nasdaq Composite anjlok 1,89%.

Pada awal pekan, aksi jual menerpa bursa saham AS dan Asia seiring dengan meluasnya infeksi virus Corona. Virus corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus serangan virus corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Kini, setidaknya sebanyak 16 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus corona di wilayah mereka.


China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona. Perkembangan terbaru, Jerman melaporkan infeksi virus Corona di negaranya.

Sejatinya, perkembangan terkait penyebaran virus Corona tidaklah menggembirakan.

Melansir CNBC International, hingga kini sebanyak 132 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus nyaris mencapai 6.000. Padahal hingga kemarin sore, jumlah korban meninggal baru mencapai 106 orang. Hingga hari Minggu (26/1/2020), jumlahnya baru mencapai 56 orang. Artinya, dalam kurun waktu kurang dari tiga hari, jumah korban meninggal akibat infeksi virus Corona telah bertambah dua kali lipat lebih.

Sebagai informasi, pemerintah China sebelumnya telah resmi memperpanjang libur Tahun Baru China guna meminimalisir penyebaran virus Corona.

Terdapat kemungkinan bahwa infeksi virus Corona akan mewabah seperti SARS. Jika ini yang terjadi, perekonomian China bisa kian tertekan. Pasalnya, kini masyarakat China sedang merayakan hari raya Tahun Baru China atau yang dikenal dengan istilah Imlek di Indonesia.

Di China, perdagangan di bursa sahamnya akan diliburkan mulai dari tanggal 24 Januari hingga 30 Januari guna memperingati Tahun Baru China.

Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Dibuka MenguatFoto: Seorang pekerja medis yang mengenakan alat pelindung berjalan di jalan dekat sebuah stasiun kesehatan masyarakat di Wuhan di Provinsi Hubei, China tengah. (Chinatopix via AP)

Selama libur Tahun Baru China, masyarakat China biasanya kembali ke kampung halamannya, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri. Dalam periode tersebut, konsumsi masyarakat China biasanya akan meningkat drastis.

Pemerintah China sendiri memperkirakan akan ada sebanyak tiga miliar perjalanan pada Tahun Baru China kali ini, naik dibandingkan tahun lalu yaitu 2,99 miliar perjalanan. Dari tiga miliar perjalanan tersebut, 2,43 miliar diperkirakan ditempuh dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.

Pada akhir 2002 hingga tahun 2003 kala wabah SARS merebak di China, laju pertumbuhan ekonominya jelas tertekan. Pada kuartal III-2002, perekonomian China tercatat tumbuh sebesar 9,6% secara tahunan, mengutip data dari Refinitiv. Pada kuartal IV-2002 kala wabah SARS mulai merebak, pertumbuhannya melemah menjadi 9,1% saja.

Pada kuartal I-2003, pertumbuhan ekonomi China berhasil naik hingga 11,1% secara tahunan, namun diikuti oleh penurunan yang tajam pada kuartal berikutnya. Pada kuartal II-2003, perekonomian China hanya mampu tumbuh 9,1% secara tahunan. Pada dua kuartal terakhir di tahun 2003, perekonomian China tumbuh masing-masing sebesar 10% secara tahunan.

Sejauh ini, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di planet bumi, sementara pada tahun 2003 China bahkan tak menempati posisi lima besar. Lantas, dampak dari tekanan terhadap perekonomian China kini akan semakin terasa bagi perekonomian global.

Tampaknya, koreksi yang sudah begitu dalam dirasakan bursa saham Asia sejak awal pekan kini membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan akumulasi, terlepas dari perkembangan terkait infeksi virus Corona yang tidak menggembirakan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Saujp1

January 29, 2020 at 04:02PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Asia Dibuka Menguat"

Post a Comment

Powered by Blogger.