Berdasarkan laporan keuangan ARTO yang dipublikasikan Selasa ini (24/3/2020), rugi bersih ini dicatatkan di tengah pendapatan bunga yang turun menjadi Rp 52,61 miliar, dari tahun sebelumnya Rp 67,46 miliar, sementara pendapatan bunga bersih juga turun 58% menjadi Rp 11,50 miliar dari Rp 27,50 miliar.
Bank yang dulu dipegang oleh Keluarga Arto Hardy ini mencatatkan rugi operasional Rp 91,72 miliar dari sebelumnya rugi operasional Rp 18,34 miliar, terutama karena besarnya penyisihan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 66 miliar dari sebelumnya hanya Rp 5,64 miliar.
Dengan demikian, rugi bersih per saham yakni Rp 97,19 dari sebelumnya rugi per saham Rp 19,47.
Adapun aset perusahaan tercatat naik menjadi Rp 1,32 triliun dari Desember 2018 yakni Rp 664,67 miliar. Total kredit yang disalurkan mencapai Rp 251,67 miliar dari sebelumnya Rp 383,76 miliar, sementara dana pihak ketiga tercatat Rp 897,26 miliar dari sebelumnya hanya Rp 98,13 miliar.
Ekuitas Bank Artos bertambah Rp 682,86 miliar dari tambahan modal disetor, sehingga dengan pos-pos yang ada maka ekuitas bersih bank yang bertranformasi menjadi bank digital ini menjadi Rp 681,18 miliar, dari sebelumnya Rp 115,56 miliar.
Pada 27 Desember 2019, perseroan telah menerima setoran modal awal dari pemegang saham pengendali PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) sebesar Rp 504.109.968.750 atau Rp 504,11 miliar.
Pada 30 Desember 2019 perseroan juga menerima setoran modal dari Wealth Track Technology WTT (Limited) sebesar Rp 178.748.156.250 atau Rp 178,75 miliar. Jumlah tersebut disajikan sebagai dana setoran modal dan akan dikonversi ke modal saham pada saat penawaran terbatas kepada pemegang saham.
Dengan demikian, mengacu data per Desember 2019, MEI memegang 37,65% saham Bank Artos, sementara WTT 13,35%, sisanya milik publik 49%.
Pada 22 Agustus 2019, akuisisi dua entitas itu pertama kali diumumkan. MEI adalah perusahaan milik mantan bankir BTPN yakni Jerry NG, sementara WTT milk pendir Northstar yakni Patrick Walujo.
Per September 2019, Bank Artos memiliki 8 jaringan kantor yang berlokasi di Bandung, Jakarta dan Tangerang. Perseroan menyediakan produk simpanan dana nasabah dan penyaluran kredit yang dilakukan secara konvensional.
Pada Jumat 20 Maret lalu, manajemen ARTO juga mengumumkan secara resmi pelaksanaan penerbitan saham baru (rights issue). Dalam prospektus yang disampaikan perseroan ke otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan menargetkan bisa menghimpun dana Rp 1,34 triliun.
Jumlah saham yang akan diterbitkan perseroan sebanyak 9,65 miliar saham baru. Setiap pemilik 1 unit saham, akan mendapatkan 8 unit saham baru. Harga pelaksanaan rights issue dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) ini ditetapkan Rp 139/unit.
(tas/hps)
https://ift.tt/2vNpsTq
March 24, 2020 at 11:04AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jadi Bank Digital, Rugi Bank Artos Malah Bengkak 424% di 2019"
Post a Comment