Search

Corona Bikin Sektor Perbankan RI Lemah, Ini Penjelasan Fitch

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga rating global, Fitch Ratings, merevisi peringkat operasional (operating environment mid-point score) bank-bank di Tanah Air menjadi 'BB+' dari sebelumnya 'BBB-' seiring dengan tekanan perbankan nasional di tengah serangan wabah corona (COVID-19) di Indonesia.

Dalam riset yang disampaikan, Selasa ini (24/3/2020), Fitch menilai bahwa terjadi penghindaran risiko dari investor global sehingga merugikan pasar keuangan Indonesia, meskipun kasus infeksi corona yang dilaporkan saat ini masih tetap rendah dibandingkan dengan banyak negara lain di dunia.

Pemerintah RI mengumumkan hingga Senin 23 Maret 2020, pukul 12.00 WIB, terdapat 579 pasien yang dinyatakan positif terpapar corona, 30 pasien sembuh dam 49 orang meninggal dunia.

Fitch mencatat, rupiah juga terdepresiasi cukup tajam terhadap dolar AS hingga turun sekitar 18% tahun ke tahun (year on year) karena dana asing keluar ke tempat-tempat yang dianggap aman di luar negeri.


Fitch bahkan memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia akan turun menjadi sekitar 4,7% pada tahun 2020, dari perkiraan pra-pandemi pada Desember 2019 sebesar 5,1%, dan pertumbuhan aktual pada tahun 2019 sebesar 5,0%.


"Perkiraan ini mengasumsikan bahwa sektor konsumen dan industri pariwisata akan terpukul oleh krisis kesehatan global akibat corona, tetapi wabah ini akan tetap bisa terkendali, dan aktivitas bisnis berpotensi rebound di 2H20 [semester kedua] setelah efek pandemi berkurang," tulis riset Fitch, yang disampaikan Gary Hanniffy, Director PT Fitch Ratings Indonesia.

"Namun, dengan situasi yang berkembang pesat setiap hari, ada risiko [pasar bisa] downside ke level estimasi yang tinggi," tulis Fitch.

Revisi skor operasional Fitch artinya mencerminkan ada ketidakpastian seputar tingkat keparahan dan durasi pandemi corona dan dampaknya terhadap operasional bank-bank di Indonesia.

Fitch mencatat, bank-bank Indonesia menghadapi tekanan kualitas aset jangka pendek yang signifikan, karena pelambatan kegiatan ekonomi akan menghambat pertumbuhan kredit.


"Kapasitas pembayaran juga akan tertekan mengingat pendapatan bank lebih rendah dari segmen bisnis dan individu. Profitabilitas akan dipengaruhi oleh pendapatan yang lebih melemah dan provisi [pencadangan bank] yang lebih tinggi karena kualitas kredit memburuk," tulis Fitch.

"Pertumbuhan pinjaman yang lambat seharusnya memudahkan kondisi likuiditas mata uang lokal, tetapi likuiditas mata uang asing ditekan oleh capital outflow [aliran modal asing keluar] dan depresiasi mata uang."

Fitch tidak mengharapkan ada tekanan peringkat jangka pendek terhadap sebagian besar bank-bank yang diperingkat kecuali jika pandemi corona ini meningkat secara signifikan atau bertahan lebih lama dari yang diharapkan.

Alasan lainnya, tekanan jangka pendek itu minim lantaran banyak rating kredit (Fitch biasa menyebutnya dengan istilah Issuer Default Ratings) perusahaan yang didukung kuat oleh induknya yang punya peringkat lebih tinggi (banyak peringkat anak-anak usaha mereka dibatasi oleh Country Ceilings) dan viability ratings (kelangsungan usaha) mereka yang cukup kuat dengan penggabungan modal.

Hal ini tercermin dalam rasio modal rata-rata saham biasa bank-bank Tier 1 (BUKU I) sebesar 21,9% pada akhir 2019, yang merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan Asia-Pasifik dan kuatnya modal ini akan membantu menyerap kerugian yang dialami perbankan di tengah wabah ini.

Sebagai catatan, Country Ceillings adalah indikator analitik Fitch untuk menilai kemampuan sektor swasta mengkonversi mata uang lokal menjadi mata uang asing dan mentransfer hasilnya ke kreditor non-residen.

Penilaian Fitch terhadap skor lingkungan operasi bank-bank didorong oleh dua input utama yakni PDB per kapita Indonesia yang rendah sekitar US$ 4.200 dan peringkatnya yang moderat dalam indeks kemudahan usaha atau World Bank's Ease of Doing Business index, Indonesia di urutan 62.

"Ini menyiratkan skor dalam kategori 'B'. Namun, skor 'BB +' yang diberikan saat ini sudah mempertimbangkan faktor kualitatif, termasuk penyesuaian positif peringkat kedaulatan 'BBB' dan prospek 'Stabil' atas peringkat Indonesia, dan proporsi populasi yang besar di Indonesia yang tidak memiliki rekening bank (hanya sekitar setengah dari orang dewasa dilaporkan memiliki rekening bank) yang menyeret turun PDB/kapita, tetapi belum tentu kualitas bisnis perbankan tersedia."

 

 

[Gambas:Video CNBC]

(tas/hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/3btcwB5

March 25, 2020 at 09:05AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Corona Bikin Sektor Perbankan RI Lemah, Ini Penjelasan Fitch"

Post a Comment

Powered by Blogger.