Juru Bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, menjelaskan bahwa pasien yang positif dan suspect virus corona hanya memerlukan ruang isolasi tanpa peralatan canggih.
"Baik yang dipelajari pada kasus global dan sedang kita alami, bahwa sebagian besar pasien yang positif dan suspect COVID-19 tidak jatuh dalam kondisi berat sehingga tidak memerlukan peralatan canggih," ujar Yurianto, di Kantor Presiden RI, (8/3/2020).
Yurianto juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak perlu panik dan selalu mengecek kesehatan di rumah sakit atau Puskesmas. Karena pemerintah sudah memberikan edukasi di seluruh Puskesmas untuk pengecekan dini.
![]() |
Jadi, masyarakat yang tinggal atau berada di wilayah yang jauh dari rumah sakit bisa juga melakukan pendeteksian dini terhadap wabah virus corona.
"Semua Puskesmas diseluruh Indonesia mampu melakukan deteksi dini untuk hal ini [virus corona], jadi tidak usah panik ke rumah sakit besar," jelas Yurianto.
Nah, sepanjang pekan lalu seiring dengan kabar positif Indonesia terkena corona, saham-saham emiten farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) kompak menguat.
Dalam sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,84% kendati di Jumat (6/3) ditutup minus hingga 2,5% di level 5.498,54.
Data BEI mencatat, saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan kenaikan 1,23% (week on week/wow). Saham PT Kimia Farma (persero) Tbk (KAEF) malah menguat tajam. Terhitung sepekan harga saham KAEF melesat 52,6%.
Sementara itu saham emiten jamu yakni PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) juga naik tapi lebih rendah dibanding IHSG dengan penguatan sebesar 0,81% (wow).
Selain tiga saham tersebut, saham BUMN farmasi lainnya yakni PT Indofarma Tbk (INAF) bahkan meroket 72,99% di level Rp 775/saham, kendati pada Jumat ditutup minus 4,91%. Saham PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSCP) juga naik 2,42% di level Rp 1.270/saham dan saham PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) naik 2,79% di level Rp 2.210/saham.
Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, terkait virus corona ada beberapa poin yang perlu diperhatikan terkait emiten saham sektor farmasi ini.
Berikut poin yang perlu dicermati:
Untuk pertama kalinya, emiten farmasi pelat merah ini telah mengekspor 31 ton bahan baku kosmetik ke perusahaan Korea Selatan yakni Jinyoung Bio Co Ltd. Menurut Presiden Direktur KAEF Vedi Budidarmo, ini merupakan gerbang pertama KAEF untuk menembus pasar bahan baku kosmetik global.
Mengingat Korea Selatan saat ini menjadi negara dengan kasus infeksi corona terbanyak kedua setelah China, hal yang perlu diwaspadai adalah potensi ekspor KAEF ke depan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah bahan baku industri farmasi tanah air sebenarnya masih bergantung dari pasokan impor dari China. Sementara China saat ini sedang terkena musibah akibat wabah virus corona.
Epidemi corona yang pertama kali terjadi di Wuhan membuat puluhan kota di China dikarantina dan libur tahun baru imlek diperpanjang. Alhasil aktivitas produksi China terutama untuk industri manufaktur menjadi terhambat dan rantai pasok global menjadi terganggu.
Merespons hal ini emiten berkode KLBF telah menyiapkan strategi dual vendor untuk tetap mendapatkan pasokan bahan bakunya. Manajemen KLBF berasumsi jika wabah ini akan berakhir pada Juni dan akan terjadi kelangkaan pada beberapa bahan baku, maka potensi kehilangan penjualan perusahaan untuk tahun 2020 berkisar di Rp 100-200 miliar.
Untuk emiten farmasi lain yakni SIDO karena konten lokal bahan bakunya sangat tinggi, maka dampaknya ke perusahaan sangatlah minim. Hal ini tentu menjadi sentimen positif untuk perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)
https://ift.tt/3aBgcjW
March 09, 2020 at 07:16AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Corona Bikin Saham Farmasi Meroket, Pekan Ini Gimana?"
Post a Comment