Kenaikan harga minyak pada perdagangan pagi ini dipicu oleh adanya harapan OPEC dan bank sentral yang akan memberikan stimulus untuk meredam dampak yang ditimbulkan virus ganas itu.
Pada Senin (2/3/2020) harga minyak mentah kontrak berjangka bergerak naik. Brent naik 0,93% ke US$ 50,93/barel, semenatra WTI naik 2,23% ke US$ 45,76/barel.
Pembatalan penerbangan dan larangan perjalanan yang terjadi dalam sebulan terakhir akibat meluasnya wabah corona telah membuat dunia menjadi cemas kalau-kalau tragedi ini akan membawa perekonomian global ke dalam resesi.
Bursa saham global dalam sepekan kemarin rontok. Virus corona yang kini telah menginfeksi lebih dari 88.000 orang di 68 negara menebar ancaman resesi global. Para investor lebih kembali ke risk averse mode. Dalam sepekan kemarin bursa saham global telah kehilangan kurang lebih US$ 6 triliun pada nilai pasarnya.
Kiblat pasar saham dunia yaitu Wall Street dilaporkan menyumbang setengah lebih. Dalam sepekan kemarin, pasar saham Paman Sam kehilangan US$ 3,18 triliun menurut estimasi indeks S&P dan Dow Jones, seperti yang diwartakan oleh CNBC Internasional.
Rilis data ekonomi China menunjukkan, dampak yang ditimbulkan oleh patogen ganas ini tak main-main. Pada Sabtu (29/2/2020) biro statistik nasional China mengumumkan angka PMI manufaktur Tiongkok pada Februari berada di 35,7 lebih rendah dari bulan sebelumnya di angka 50 dan jauh lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar di angka 46.
Sementara itu angka PMI manufaktur China untuk bulan lalu versi Caixin juga menunjukkan kontraksi yang lebih dalam dari perkiraan. Angka PMI manufaktur versi Caixin untuk bulan Februari secara aktual perada di 40,3 sementara konsensus memperkirakan berada di angka 45,7. Angka PMI di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.
"Di sisi lain permintaan terhadap produk minyak akan mengalami penurunan" kata Lachlan Shaw, kepala riset komoditas di National Australia Bank, seperti diwartakan Reuters.
"Tersiar kabar bahwa Arab Saudi mendorong pemangkasan produksi minyak hingga 1 juta barel per hari (bpd), sementara bank sentral global mulai memberikan sinyal akan memangkas suku bunga acuan" tambahnya.
Beberapa anggota organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) kini tengah mempertimbangkan pemangkasan produksi minyak sebesar 1 juta bpd, lebih banyak dari yang direkomendasikan penasihat organisasi pada awal bulan kemarin sebesar 600.000 bpd untuk mengantisipasi kemungkinan penurunan permintaan minyak yang signifikan.
IEA juga memperkirakan permintaan minyak di sepanjang 2020 akan terpangkas sebesar 365.000-825.000 bpd dan terendah sejak 2011. Permintaan diperkirakan turun karena aktivitas ekonomi yang terpukul akibat wabah virus corona yang menjangkiti dunia dalam dua bulan terakhir.
Hingga Maret nanti OPEC dan aliansinya yang tergabung ke dalam OPEC+ masih terikat pada kesepakatan untuk memangkas produksi minyak 1,7 juta bpd. OPEC+ dijadwalkan akan bertemu pada 5-6 Maret untuk membahas kebijakan produksi minyaknya di Vienna.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
https://ift.tt/2I6Bc65
March 02, 2020 at 10:26AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada Rencana OPEC+ Pangkas Produksi, Harga Minyak Naik"
Post a Comment