Search

Tertekan Harga Batu Bara, Laba Bukit Asam Melorot 19% di 2019

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara yang masuk holding BUMN Tambang di bawah MIND ID (Inalum), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), mencatatkan laba bersih sepanjang tahun lalu sebesar Rp 4,06 triliun atau terkoreksi hingga 19,12% dari tahun sebelumnya Rp 5,02 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Rabu ini (4/3/2020), laba bersih yang turun itu terjadi di tengah pendapatan perusahaan yang justru naik tipis 2,9% menjadi Rp 21,79 triliun dari tahun 2018 sebesar Rp 21,17 triliun.

Adapun beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 14,18 triliun dari Rp 12,62 triliun. Beban keuangan juga naik menjadi Rp 128 miliar dari sebelumnya Rp 104 miliar dan bagian atas keuntungan neto entitas dan ventura bersama yang justru turun menjadi Rp 179,46 miliar dari sebelumnya Rp 352,35 miliar.


Perseroan juga mencatatkan kerugian pos-pos yang tidak akan reklasifikasi ke laba rugi yakni pengukuran kembali liabilitas imbalan pascakerja Rp 62,11 miliar dari untung Rp 778 miliar, dan adanya selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak yang rugi Rp 76 miliar dari rugi sebelumnya hanya Rp 5,43 miliar.

Sebelumnya, Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin menargetkan produksi batu bara PTBA pada tahun 2020 sebesar 30 juta ton. Jumlah ini meningkat dibandingkan target tahun 2019 sebesar 28,5 juta ton.

Menurutnya tantangan dari produksi batu bara sejak tahun lalu adalah harganya yang cenderung rendah, rata-rata harga batu bara lebih rendah 26% dibandingkan tahun sebelumnya.



"Memang ada tekanan harga tapi dengan efisiensi laba kita nggak turun drastis sebagai mana turunnya harga batu bara," ungkapnya di Jakarta, Senin, (23/12/2019).

Saat ini Bukit Asam juga 

tengah mengkaji untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) yang beredar di publik mengingat kondisi pasar saham yang beberapa waktu terakhir mengalami koreksi dalam akibat penyebaran virus corona (COVID-19).

Namun Arviyan Arifin mengatakan belum jelas kapan perusahaan akan mengeksekusi rencana tersebut. Saat ini perusahaan masih memantau kondisi pasar saat ini.

"Belum, masih dalam kajian kita karena kita tidak me-maintain saham, kita sesuai market saja," kata Arviyan ketika ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Dia menyebut hingga saat ini belum ada arahan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan aksi korporasi tersebut. 
Perseroan akan menggelar RUPST pada 30 Maret mendatang.
(tas/hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Tog15X

March 04, 2020 at 09:15AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tertekan Harga Batu Bara, Laba Bukit Asam Melorot 19% di 2019"

Post a Comment

Powered by Blogger.