Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah aksi buru dolar Amerika Serikat (AS) akibat meningkatnya kecemasan seputar dampak wabah corona yang bisa memicu resesi ekonomi dunia, kilau emas global pun pudar dibandingkan aset aman (safe haven) lainnya.
Namun lain ceritanya dengan di Indonesia. Sepekan terakhir, harga emas di pasar nasional menguat sebesar 1,4%. Hal ini berkebalikan dengan harga emas di pasar global yang justru tergerus, atau -1,4%.
Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada Jumat kemarin dipatok di Rp 824.000, naik Rp 12.000 per gramnya dibandingkan dengan posisi Jumat pekan lalu. Di sisi lain, harga emas dunia berada di level US$ 1.506,5 per troy ons, turun dari posisi Jumat akhir pekan lalu pada US$ 1.529,3.
Harga emas di pasar global bahkan sempat turun ke level psikologis 1.400, tepatnya US$ 1.486 pada Rabu, yang berlanjut pada Kamis di level US$ 1.469,8 per troy ons. Hal ini memicu dugaan bahwa kilau emas di mata pemodal global kalah menarik dibandingkan dengan safe haven lain seperti dolar AS, ataupun yen.
Indeks dolar AS yang mengukur kinerja mata uang greenback terhadap mitra dagang utamanya, menguat 3,24%. Kenakan indeks dolar menunjukkan penguatan mata uang Negara Adidaya tersebut terhadap mata uang utama lainnya di dunia.
Yen juga menguat signifikan terhadap rupiah sepekan ini hingga sempat melempar Mata Uang Garuda ke level terlemah sepanjang sejarahnya pada Jumat ke Rp 145 per yen. Namun, rupiah mampu memperingan koreksi dengan ditutup di level 143,6.
Jika ditarik selama sepekan, rupiah terhitung melemah 5,05%. Bahkan, sepanjang tahun ini, rupiah melemah hingga 12,2% terhadap Mata Uang Samurai ini.
Di tengah situasi demikian, harga emas Antam masih kuat menanjak ke Rp 824.000 per gram (setara US$ 1.625/troy ons) alias melawan tren global. Hal ini tidak bisa dilepaskan Dari struktur permintaan emas di Indonesia yang memang berbeda dari pasar emas dunia.
Di pasar global, emas diburu oleh para investor institusi untuk tujuan investasi dan mengejar return jangka pendek. Volatilitas di pasar dunia lebih tinggi karena penurunan margin keuntungan yang tipis di emas (terhadap aset investasi lain) bisa memicu aksi jual masif.
Di Indonesia, emas diburu untuk tujuan melindungi nilai (hedging) kekayaan dari inflasi dan investasi jangka panjang. Dus, tingkat permintaannya tetap terjaga. Di tengah koreksi bursa dunia dan juga bursa Indonesia (saham dan obligasi), kilau emas pun tetap menarik.
https://ift.tt/3bhsEpc
March 21, 2020 at 10:54AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kenapa Harga Emas Dunia dan Antam Pekan Ini Tak Kompak?"
Post a Comment