Search

Dahlan Iskan: Banyak yang Tak Percaya RI 'Kebal' Virus Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona atau CONVID-2019 telah menewaskan lebih dari 1.700 orang. Berdasarkan catatan terakhir, total pasien terinfeksi corona di seluruh dunia mencapai 70.400 orang.

Sebegitu dahsyatnya serang virus ini menyerang ke segala penjuru dunia. Tapi hingga saat ini belum ada satu pun orang di Indonesia yang terkena virus ini.

Memang ada satu WNI yang dilaporkan terkena wabah virus corona, tapi itu terjangkit dari Wuhan dan kemudian terdeteksi di Singapura.


Banyak yang ragu Indonesia masih bebas dari wabah tersebut. Bahkan WHO, badan PBB yang mengurusi soal kesehatan dunia, sempat mempertanyakan apakah Indonesia punya alat yang bisa deteksi virus corona?

Terkesan meremehkan, tapi itulah sudut pandang banyak orang terhadap Indonesia.

[Gambas:Video CNBC]


Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan pernah mengatakan kepada 10 orang bahwa Indonesia sejauh ini 'kebal' dengan virus corona. "Tidak satu pun dari 10 orang itu yang percaya kalau virus corona belum masuk Indonesia," kata Dahlan seperti di kutip dari tulisan di blog pribadinya www.disway.id yang berjudul "Kebal Virus".

"Bahkan ada yang memandang lebih rendah lagi: mungkin peralatan di Indonesia belum memadai untuk bisa mendeteksi virus corona. Saya hanya tertawa mendengar jawaban yang seperti itu. Apa boleh buat. Reputasi kita memang belum tinggi. Padahal dalam banyak hal kita bisa lebih baik," tambah Dahlan.


Cerita Dahlan yang ditulis dalam artikelnya kali ini cukup menarik, sekaligus menambah perspektif baru terhadap virus corona yang menewaskan banyak orang dan berpotensi membuat dunia terjun ke jurang resesi ekonomi.

Mari simak secara lengkap tulisan Dahlan Iskan berikut ini:

Kebal Virus

Inilah pertanyaan yang sama yang saya ajukan kepada 10 orang yang berbeda di negara yang berlainan:

Mengapa tidak ada virus corona di Indonesia? Percayakah Anda?

"Tidak mungkin tidak ada di Indonesia. Virus ini sudah menyerang seluruh negara di Asia," jawab seorang teman di Singapura. Ia bukan Robert Lai. Tapi pendapatnya sama dengan Robert.

Tidak satu pun dari 10 orang itu yang percaya kalau virus corona belum masuk Indonesia.

Inilah zaman persepsi --yang fakta kalah dengan persepsi. Dan itulah nasib Indonesia --dipersepsikan seperti itu.

Bahkan ada yang memandang lebih rendah lagi: mungkin peralatan di Indonesia belum memadai untuk bisa mendeteksi virus corona.

Saya hanya tertawa mendengar jawaban yang seperti itu. Apa boleh buat. Reputasi kita memang belum tinggi. Padahal dalam banyak hal kita bisa lebih baik.

Misalnya dalam hal penyakit-penyakit tropik. Pasti dokter Indonesia lebih ahli. Tapi ada saja orang kaya Indonesia yang tetap emosional. Yang mengagungkan dokter Singapura secara membabi buta.

Orang kaya itu terkena demam berdarah. Tinggalnya di Jakarta. Ia segera dibawa ke Singapura karena hanya percaya dokter Singapura.

Saya terlambat tahu itu. Saya tidak sempat menasihatinya. Akhirnya ia meninggal dunia di Singapura.

Masih begitu mudanya --untuk ukuran saya. Ia belum lagi 55 tahun.

Padahal dokter di Indonesia pasti lebih ahli dan berpengalaman menangani demam berdarah. Atau penyakit lain yang sebangsa itu.

Tapi tetap saja dokter kita dipersepsikan kalah.

Teman saya di Beijing menjawab dengan lebih diplomatik. Khas jawaban orang dari sana.

"Saya juga terheran-heran mengapa virus corona tidak menyerang Indonesia," katanya. "Kalau benar begitu tentu orang Indonesia sangat berbahagia," tambahnya.

Saya tidak perlu jawaban basa-basi begitu. Saya pun mengejarnya dengan pertanyaan yang lebih tegas: apakah Anda percaya? Akhirnya ia menjawab terus terang: "Sayang sekali saya tidak percaya."

Ada lagi yang berpendapat bahwa virus corona sudah masuk Indonesia. Hanya saja tidak terdeteksi karena gejalanya hanya mirip flu.

Dan yang terkena 'flu' itu ternyata sembuh. Tanpa diketahui mungkin saja itu corona.

Memang banyak rumor yang tidak ilmiah ikut beredar. Misalnya soal suhu udara Indonesia yang panas.

Tapi suhu di Singapura kan juga tidak ada bedanya dengan di Indonesia. Bahkan Australia kini lagi musim panas --toh terkena juga.

Soal rumor tidak makan babi terbantah lebih telak lagi: kan masyarakat Tionghoa Indonesia juga makan babi. Kok juga tidak terkena.

Di Tiongkok sendiri terbukti kian jauh dari Wuhan kian sedikit yang terserang corona. Di Provinsi terjauh, Xinjiang, hanya 71 yang terkena, 11 orang di antaranya sudah sembuh. Hanya satu orang meninggal.

Di Provinsi Ningxia, yang muslimnya juga besar, hanya 70 yang terkena --itu pun yang 33 orang sudah sembuh. Tidak satu pun meninggal.

Demikian juga di Provinsi Qinghai --di antara Ningxia dan Xinjiang-- hanya 18 orang terkena tapi yang 13 orang sudah sembuh. Tinggal lima orang yang masih dirawat. Tidak satu pun yang meninggal.

Di provinsi terjauh lainnya, Tibet --yang mayoritas Buddha-- hanya satu orang yang terkena corona. Itu pun sudah sembuh.

Yang mengejutkan memang tetap saja Kota Wuhan. Tiga hari yang lalu tiba-tiba saja angka penderita barunya melonjak drastis. Dari biasanya sudah turun ke kisaran 1000, menjadi 14.800.

Hari berikutnya memang turun lagi tapi masih tinggi: 4.800.

Baru kemarin sudah turun lagi menjadi 1.800 orang.

Lonjakan sampai 14.000 lebih itu ternyata bukan karena wabahnya menggila lagi. Mulai hari itu dokter dan perawat dikerahkan terjun ke masyarakat. Dokter dan perawat dari propinsi lain dikerahkan ke Wuhan.

Maka angka penderita barunya tidak lagi hanya yang datang ke klinik. Itu sudah termasuk hasil operasi jemput bola ke tengah masyarakat.
Saya pun tenang. Melonjaknya angka penderita baru akibat gerakan baru jemput bola itu.

Wuhan memang lagi 'digempur' habis-habisan. Agar wilayah sumber wabah ini cepat teratasi.

Adakah Indonesia mirip Tibet? Yang penderitanya hanya satu --itu pun kemudian sembuh?

(Dahlan Iskan) (hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2vCTqcf

February 17, 2020 at 04:53PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Dahlan Iskan: Banyak yang Tak Percaya RI 'Kebal' Virus Corona"

Post a Comment

Powered by Blogger.