Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di seluruh dunia diproyeksikan melambat menjadi 2,8% untuk tahun 2020. Menurut BofA Global Research, ini akan menjadi pembacaan sub-3% pertama sejak resesi dan krisis keuangan berakhir pada pertengahan 2009 lalu.
Dampak ekonomi terbesar yang dibawa corona saat ini terjadi di China. Akibat wabah COVID-19 yang telah menjangkiti 80 ribu lebih orang dan menewaskan 2.000 lebih pasien di China, banyak perusahaan dan bisnis negara itu tidak bisa beroperasi dengan normal.Pariwisata negara itu juga menurun drastis karena banyak negara mengeluarkan peringatan perjalanan ke Tirai Bambu dan juga penghentian rute penerbangan internasional sementara ke negara itu.
Dampak di China akibat semua hal ini, pada akhirnya diperkirakan akan menyebar ke ekonomi lainnya, mengingat negara itu adalah ekonomi terbesar kedua di dunia.
"Gangguan yang berkepanjangan di China seharusnya merusak rantai pasokan global. Arus wisata yang lemah akan menjadi angin sakal bagi Asia," kata ekonom BofA, Aditya Bhave dalam sebuah catatan, sebagaimana dilaporkan CNBC International.
"Dan wabah yang lebih terbatas, mirip dengan yang ada di Italia, mungkin terjadi di banyak negara, yang mengarah ke lebih banyak karantina dan membebani kepercayaan diri."
Namun demikian, Bhave mengatakan belum memperkirakan bahwa wabah virus corona akan berubah menjadi pandemi global yang bisa menjuruskan pertumbuhan ke dalam resesi. Namun, jelas itu akan menyebabkan ekonomi melambat.
BofA memproyeksikan pertumbuhan China di angka 5,2% pada tahun 2020, turun dari 5,9% pada tahun 2019. Sementara pertumbuhan PDB global, tidak termasuk China, diperkirakan akan tumbuh hanya 2,2%. Ini juga merupakan pertumbuhan yang terendah sejak resesi.
Selain wabah virus mirip SARS itu, ekonom BofA itu mengatakan perang dagang Amerika serikat (AS)-China, ketidakpastian politik seperti pemilihan presiden AS tahun ini, dan lemahnya pertumbuhan ekonomi di Jepang dan beberapa wilayah Amerika Selatan juga akan turut membebani output.
"Pemilihan Presiden mendatang menambah lapisan kompleksitas, karena kebijakan perdagangan AS mungkin akan berubah secara signifikan di bawah Presiden Demokrat," tulis Bhave. "Investasi bisnis kemungkinan akan tetap hangat sampai ada kejelasan yang lebih besar pada aturan permainan."
"Guncangan ketidakpastian seperti itu cenderung tetap berdampak, besar, dan tahan lama."
Lebih lanjut, Bhave mengatakan Kebijakan bank sentral yang lebih ketat dan dampak lanjutan dari pertumbuhan yang lemah di 2019 juga membebani pertumbuhan.
"Bantalan empuk (soft patch) kuartal terakhir menciptakan efek dasar yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tahunan 2020," kata Bhave.
"Ini hanya matematika PDB. Mungkin yang lebih penting, kelemahan dalam ekonomi global meninggalkan sedikit penyangga terhadap guncangan besar. Sayangnya wabah COVID-19 berubah menjadi kejutan."
(sef/sef)
https://ift.tt/2Vps0BD
February 28, 2020 at 08:19AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Horor Corona, Lembaga Ini Ramal Ekonomi Terpuruk di 2020"
Post a Comment