Search

India-Malaysia Belum Mau Damai, Harga CPO Masih Terseok-seok

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan pekan ini, harga minyak sawit mentah (CPO) bergerak naik. Walau mengalami kenaikan, harga CPO telah keluar dari level keperkasaannya akibat hubungan India dan Malaysia yang memanas.

Senin (20/1/2020) harga CPO naik 37 ringgit atau terapresiasi 1,3% menyentuh level RM 2.874/ton. Harga CPO telah keluar dari level keperkasaannya di RM 3.000/ton pada periode 26 Desember 2019 - 14 Januari 2020. Sejak 10 Januari hingga kemarin, harga CPO terus mengalami penurunan. Tercatat harga CPO telah melorot 9,5% pada periode tersebut.


Harga CPO anjlok setelah India memberlakukan pelarangan impor minyak sawit olahan dua pekan lalu. Di waktu yang bersamaan, beredar kabar bahwa pemerintah India secara informal melarang pelaku industri domestiknya untuk menjauhi segala jenis minyak sawit Malaysia.

Upaya tersebut dilakukan India sebagai sanksi untuk Malaysia yang dinilai terlalu mencampuri urusan dalam negeri India. Pada Oktober tahun lalu Perdana Menteri Mahathir Mohamad menyebut India telah menginvasi dan menduduki Kashmir. Bulan lalu Mahathir kembali melantarkan kritik kepada India atas UU kewarganegaraan yang baru. Mahathir menilai UU tersebut sebagai bentuk kebijakan 'anti-Islam'.


Hal ini yang membuat India geram. Walau kabar boikot minyak sawit Malaysia itu dibantah oleh Menteri Perdagangan India Piyush Goyal, setelah kritik itu dilayangkan Mahathir ekspor minyak sawit Malaysia ke India mengalami penurunan signifikan. Sejak Oktober tahun lalu hingga akhir tahun ekspor minyak sawit Malaysia ke India per bulan kurang dari 200 ribu ton.

India merupakan pembeli minyak sawit terbesar di dunia. India membeli minyak sawit hingga 9 juta ton per tahun atau dua per tiga dari total impor minyak nabati India. India membelinya dari Indonesia dan Malaysia. Per tahunnya India membeli lebih dari 4 juta ton minyak sawit dari Malaysia.

Aksi boikot ini jelas merugikan Malaysia karena harus susah payah menawarkan dagangannya kepada konsumen agar pelanggan membeli lebih. Hal ini terbukti dengan upaya Malaysia yang menawarkan minyak sawitnya kepada Arab, Vietnam, Pakistan dll agara membeli lebih banyak minyak sawitnya.

Namun mencari pengganti konsumen terbesar sekelas India bukan lah hal mudah. Banyak pihak meminta kedua belah pihak untuk menurunkan ego masing-masing dan mencari jalan tengah. Pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos yang berlangsung minggu ini jadi momen yang tepat untuk pertemuan antara menteri perdagangan kedua negara.

Namun kabar teranyar menyebutkan bahwa Menteri Perdagangan India tak akan menemui Menteri Perdagangan Malaysia. Hal ini dikatakan langsung oleh seorang sumber pejabat pemerintah India kepada Reuters.

"Saya bisa katakan dengan pasti bahwa tak akan ada pertemuan antara menteri perdagangan India dan menteri perdagangan Malaysia di Davos. Sebagai bagian dari pertemuan yang lebih besar mungkin mereka dapat bertemu. Namun tak akan ada pertemuan antara keduanya karena jadwal telah difinalisasi dan jadwalnya sangat padat." Kata sumber tersebut, melansir Reuters.

Jika terus berlarut-larut tanpa kejelasan tetapi India tak lagi beli minyak sawit Malaysia tentu ini bahaya untuk Malaysia. Saat ini harga masih tinggi karena ditopang oleh turunnya produksi dan peningkatan konsumsi akibat kebijakan biodiesel. Namun ini hanya akan berlangsung paling lama hingga semester I 2020. Jika tak segera ada resolusi, harga CPO bisa benar-benar anjlok. 

[Gambas:Video CNBC]

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/36dLydH

January 20, 2020 at 06:37PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "India-Malaysia Belum Mau Damai, Harga CPO Masih Terseok-seok"

Post a Comment

Powered by Blogger.