Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), CAD pada kuartal III-2018 tercatat sebesar US$ 8,8 miliar atau setara dengan 3,37% dari PDB. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan defisit kuartal sebelumnya sebesar US$ 8,0 miliar dolar AS (3,02% PDB).
Menurut Raden, pertumbuhan investasi selama 6 kuartal terakhir tergolong signifikan.
Jakarta, "Inilah yang menjelaskan kenapa impor barang modal kita besar. Jadi saya agak berbeda dengan yang lain soal CAD," ungkapnya dalam sebuah seminar di Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kamis (31/1/2019).
Dengan begitu, dia membantah tudingan bahwa CAD RI melebar karena porsi impor barang konsumsi membengkak. Sebab, impor konsumsi relatif kecil, hanya 9%.
"Yang banyak impor barang modal seperti alat-alat berat yang mungkin suatu waktu nanti kita juga perlu produksi sendiri," tandas mantan konsultan Bank Dunia itu.
Meski demikian, Raden mengingatkan agar pemerintah tetap perlu berhati-hati. Biar bagaimanapun, biang kerok bobroknya CAD perlu diatasi.
"Memang tetap harus hati hati, CAD kita tetap menyiratkan bahwa kita harus melakukan reformasi, ada yang salah di situ. Kalau terus defisit sebenarnya juga sinyal buruk," urai bekas Komisaris Independen BCA itu.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
|
Di sisi lain, dia juga menyoroti kinerja sektor riil yang belum memuaskan. Hal itu tidak sebanding dengan tren positif pada moneter dan fiskal RI.
"Harus diakui, sektor riil masih under perform, belum berfungsi dengan baik. Moneter dan fiskal ini bagaikan dua tangan, dua kakinya adalah sektor riil yang belum berfungsi. Kita perlu dua kaki, ini yang jadi persoalan," pungkasnya.
Simak video Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita terkait ekspor Indonesia di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC] (miq/miq)
http://bit.ly/2BdmDui
February 01, 2019 at 06:03PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Raden Pardede: Kalau CAD Terus Defisit itu Sinyal Buruk"
Post a Comment