Kenaikan harga sebagai akibat dari meningkatnya ongkos produksi karena pelemahan rupiah serta tingginya bunga pembiayaan akan melemahkan permintaan pembelian kendaraan baru, tulis lembaga tersebut.
Pembelian wholesale kendaraan roda empat di Indonesia naik sekitar 7% secara tahunan di 2018, menurut Gaikindo, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri di 2017 yang sebesar 1%.
"Pemain otomotif besar menaikkan harga mereka sekitar 1%-2% secara rata-rata di akhir 2018 akibat biaya produksi yang lebih tinggi karena rupiah terdepresiasi lebih dari 12% terhadap dolar AS hingga akhir Oktober 2018," tulis Fitch dalam rilis yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (31/1/2019).
"Kami meyakini penguatan kurs USD/IDR awal tahun ini sepertinya tidak akan menyebabkan para pemain otomotif menurunkan harga mereka," tambahnya.
Foto: Infografis/Pasar Mobil/Edward Ricardo
|
Bank Indonesia (BI) telah menaikkan bunga acuannya sebanyak enam kali dengan total kenaikan 175 basis poin sepanjang tahun lalu. Kenaikan suku bunga kebijakan BI akan berdampak juga pada besaran bunga pinjaman di perbankan maupun lembaga pembiayaan atau multifinance yang menyalurkan pinjaman bagi pembelian kendaraan bermotor.
Fitch memperkirakan perusahaan-perusahaan pembiayaan akan menaikkan tingkat suku bunga mereka sepanjang 2019 meskipun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini mengeluarkan relaksasi besaran uang muka (down payment/ DP) pembiayaan kendaraan bermotor.
"Ini sepertinya akan menghalangi pertumbuhan penjualan mobil karena beberapa konsumen mungkin menunda pembelian, beralih ke model yang lebih murah atau ke pasar mobil bekas," tulisnya."Perusahaan pembiayaan memiliki kemampuan untuk menyalurkan suku bunga yang lebih tinggi kepada konsumen namun kami yakin ketatnya kompetisi ... akan membuat mereka kesulitan melakukan hal itu," kata Fitch. (dru)
http://bit.ly/2UvmCJc
February 01, 2019 at 01:50AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Duh, Suku Bunga dan Dolar AS Jadi Risiko Penjualan Mobil RI"
Post a Comment