Pada akhir Desember 2018, BTPN memiliki aset mencapai Rp 101,9 triliun, tumbuh 7% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) senilai Rp95,5 triliun. Total pembiayaan tercatat Rp 68,1 triliun atau tumbuh 4% dan pendanaan (funding) sebesar Rp80,5 triliun, meningkat 5%. Adapun laba bersih BTPN pada tahun 2018 mencapai Rp1,97 triliun, melonjak 61% dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp1,22 triliun.
Pasca merger, Total aset BTPN akan menjadi Rp 189,92 triliun. Kredit mencapai Rp 133,25 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) jadi Rp 98,97 triliun. Modal naik jadi Rp 27,81 triliun. Pendapatan operasional BTPN mencapai Rp 12,08 triliun dengan biaya operasional sebesar Rp 6,41 triliun yang membuat laba bersih perusahaan menjadi Rp 2,96 triliun.BTPN juga memiliki rasio permodalan atau capital adequaty ratio (CAR) di level 22,9%. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross 0,7% dan rasio likuiditas atau loan to funding ratio (LFR) 86%.
Asal tahu saja, BTPN resmi mendapatkan izin penggabungan usaha alias merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) dari Japan Financial Sector Authority (JFSA) pada 18 Januari 2019. Izin dari otoritas Jepang tersebut melengkapi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah diterima pada 19 Desember 2018.
Setelah semua tahap ini terlewati, bank hasil penggabungan dari BTPN dan SMBCI segera beroperasi sebagai bank baru dengan proyeksi prospektus pada awal Februari 2019.
(roy/hps)
http://bit.ly/2SjcVAh
February 01, 2019 at 05:07PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Merger Rampung, Aset BTPN Baru Melonjak Jadi Rp 189,9 T"
Post a Comment