Pada penutupan perdagangan pasar spot, Kamis, US$1 dibanderol Rp 13.970/US$. Rupiah menguat 1,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Lantas, apakah masih ada ruang bagi rupiah menguat kembali hari ini?
"Masih," jawab Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
Nanang menjelaskan penguatan rupiah didorong oleh pelepasan valuta asing oleh investor asing dan perbankan yang dipengaruhi hasil pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC).
Hasil pertemuan FOMC memang memutuskan tidak mengubah tingkat suku suku bunga acuan dan menegaskan sikap lunak atau dovish bank sentral AS The Federal Reserve.
Menurut Nanang, The Fed akan bersabar dalam membuat keputusan perubahan federal funds rate (FFR) ke depan dan mengindikasikan kemungkinan memperlambat proses normalisasi neracanya.
"Hal tersebut membuat implied probability kenaikan FFR hingga Desember tahun ini kembali turun sementara implied probability penurunan FFR di akhir tahun naik menjadi 22%," jelasnya.
Berdasarkan catatan bank sentral, arus modal asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) per 31 Januari 2019 mencapai Rp 2 triliun. BI pun akan membiarkan rupiah terus menguat.
"Bank Indonesia tetap akan membiarkan rupiah berlanjut menguat di bawah Rp 14.000/US$ karena rupiah masih undervalued, sekaligus untuk memperkuat confidence terhadap Indonesia," jelasnya.
Simak video mengenai stance kebijakan moneter The Fed berikut ini.
(prm)http://bit.ly/2SgcyXo
February 01, 2019 at 03:34PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BI: Rupiah Masih Bisa Menguat Lagi"
Post a Comment