Pada pukul 08:57 WIB, penguatan rupiah sedikit menipis menjadi 0,14% ke level Rp 13.950/dolar AS.
"Rupiah berhasil menguat kala mayoritas mata uang negara tetangga menjadi pesakitan melawan dolar AS. Jika dibandingkan dengan yang sama-sama menguat pun, apresiasi rupiah menjadi yang tertinggi," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, Jumat (1/2/2019).
"Di tengah mata uang regional yang seluruhnya melemah, Rupiah pagi ini tetap terjaga stabil."
Foto: Nanang Hendarsah (dok. Bank Indonesia)
|
Dijelaskan Nanang, sikap bank sentral AS The Fed yang pro pasar dan inflasi Indonesia yang rendah dan stabil akan terus menjadi penopang Rupiah berlanjut menguat.
"Dengan tingkat inflasi Januari 2019 sebesar 2.82% dan yield obligasi negara benchmark FR 78 sebesar 7.89% maka imbal hasil real obligasi negara 5.07%," kata Nanang.
Menurutnya, investor asing hari ini tetap masuk ke pasar SBN sehingga yield obligasi negara turun dari 7.92% ke 7.89%.
"Secara nominal, spread yield obligasi negara Indonesia (7.89%) terhadap yield US trrasury bond (yield 2.63%) sebesar 526 bps, lebih tinggi dari India (460 bps) dan Filipina (374 bps)."
"Bank Indonesia terus mengawal perkembangan Rupiah untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan investor global tetap tinggi."
"Bank Indonesia juga terus memonitor proses kesepakatan final trade talk sebelum pertemuan President Trump dengan President Xi Jinping 1 Maret 2019," tutup Nanang.
http://bit.ly/2HWhWuT
February 01, 2019 at 05:31PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BI: Inflasi Rendah Jadi Sentimen Positif untuk Rupiah"
Post a Comment