Kenaikan tersebut ditopang oleh produksi industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki yang tumbuh signifikan 18,78%, diikuti industri minuman yang naik 16,04%, industri pakaian jadi naik 13,17%, industri karet, barang dari karet dan plastik yang tumbuh 11,29% serta industri mesin dan perlengkapan yang naik 10,85%.
Sebaliknya, produksi industri komputer, barang elektronik dan optik mengalami penurunan 15,06% sepanjang tahun lalu, diikuti industri jasa reparasi, pemasangan mesin dan peralatan yang turun 6,98% serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang turun 4,95%.
Foto: Konferensi pers BPS terkait inflasi Januari 2019, IHPB, nilai tukar petani dan harga gabah, hingga pola perdagangan komoditas strategis (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)
|
"Sejalan dengan penurunan produksinya, ekspor industri komputer, barang elektronik dan optik juga turun jauh hingga kuartal-IV tahun lalu," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jumat (1/2/2019).
Terganggunya rantai pasok global (global supply chain) akibat sentimen negatif perang dagang disinyalir menjadi penyebab turunnya produksi industri komputer dan barang elektronik.
Suhariyanto menjelaskan, dengan pangsa pasar terbesar mencapai 25,41% terhadap total produksi IBS, industri makanan sangat perlu diperhatikan di tahun ini untuk bisa menggenjot kembali produksi IBS secara keseluruhan. Tahun lalu, industri makanan hanya tumbuh 7,40%.
Dalam lima tahun terakhir, sebenarnya terjadi tren penurunan produksi IBS yang cukup mengkhawatirkan. Sejak 2013, trennya terus menurun dari 6,01%, menjadi 4,76% di 2014 dan 2015, 4,01% di 2016, 4,74% di 2017 dan 4,07% tahun lalu.
Simak penjelasan lengkap Sales & Marketing Director Olympic Bangun Persada Imelda Fransisca terkait industri properti di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC] (miq/miq)
http://bit.ly/2B87Jpd
February 01, 2019 at 09:06PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Dagang, Industri Komputer-Elektronik RI Jatuh di 2018"
Post a Comment