Search

Gegara Minyak Minus, Sesi II IHSG Masih Rawan Koreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari Selasa ini (21/4/2020) turun 1,89% ke level 4.489,15 di tengah anjloknya harga minyak mentah acuan AS West Texas Intermediate di bawah nol, yakni minus US$ 37,63 per barel.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi tercatat Rp 4,13 triliun dengan jual bersih (net sell) asing sebesar Rp 239,08 miliar di pasar reguler dan negosiasi.

Saham-saham yang menjadi pendorong penurunan IHSG di antaranya saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) (-6,93%), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) (-6,50%), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (-6,46%), sedangkan PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) (-6,45%) dan PT Karya Bersama Anugerah Tbk (KBAG) (-6,43%).

Pelemahan IHSG senada dengan anjloknya bursa saham global dan bursa saham Asia lainnya setelah harga minyak menjadi minus.

Jatuhnya harga minyak mentah karena meningkatnya kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dan kurangnya fasilitas penyimpanan. Selain itu, kekhawatiran tentang prospek permintaan energi di tengah pandemi virus corona juga menjadi pemicu.

Kombinasi dari penurunan permintaan di tengah pembatasan perjalanan di seluruh dunia dan kurangnya penyimpanan global untuk minyak mentah telah mendorong harga minyak ke level terendah lebih dari 35 tahun. Persediaan terus meningkat tajam meskipun ada pengurangan pasokan baru-baru ini.

Pada perdagangan sesi II diperkirakan IHSG masih berada di zona merah karena volatilitas pasar yang masih cukup tinggi.

Secara teknikal, IHSG menuju area 0% Fibonacci Retracement yang mengindikasikan penurunan lebih lanjut.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Foto: Revinitif

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan indikator Moving Average periode 20 (MA-20) yang artinya pergerakan berdasarkan 20 bar atau batang sebelumnya secara nilai rata-rata harga penutupan per bar, masih menunjukkan penurunan yang bergerak di bawah garis MA-20.

Saat ini mencoba bergerak ke area 0% Fibonacci di 3.937,63, sedangkan untuk merubah bias menjadi naik (bullish) perlu melewati area 38,2% Fibonacci di 4.858,59.

Sementara indikator Stochastic melalui metode penentuan area titik jenuh jual (oversold) di 20% dan area titik jenuh beli (overbought) di 80%, dengan garis MA yang sudah berpotongan di atas area 80% memberi sinyal overbought dan kecenderungan untuk bergerak turun menuju area 20%.

Secara keseluruhan, dari fundamental yang masih negatif karena volatilitas pasar relatif tinggi setelah anjloknya harga minyak  dikombinasikan dengan teknikal yang juga menunjukkan overbought atau jenuh beli. Maka pergerakan IHSG selanjutnya diprediksi masih terkoreksi terbatas karena sudah mendekati area 0% Fibonacci.

Perlu melewati (break) salah satu level Fibonacci Retracement, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2VN3gS6

April 21, 2020 at 01:39PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Gegara Minyak Minus, Sesi II IHSG Masih Rawan Koreksi"

Post a Comment

Powered by Blogger.