Dalam beberapa kali kesempatan, rupiah selalu berhasil menguat setelah Gubernur Perry memberikan paparan tersebut, Perry Effect!
Pada pembukaan perdagangan rupiah membuat 0,2%, kemudian bertambah menjadi 0,26% di Rp 15.340/US$ pada pukul 9:08 WIB. Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi yang terbaik kedua di Asia pagi ini, hanya kalah dari yen Jepang yang menguat 0,3%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
Sejak pasar finansial bergejolak di bulan Maret, BI secara rutin memberikan update terbaru kondisi ekonomi dalam negeri. Gubernur Perry kembali menebar optimisme di pasar keuangan hari ini. Pelemahan rupiah Selasa kemarin dikatakan sebagai akibat permintaan valas yang tinggi di akhir bulan, serta faktor teknikal.
Meski demikian BI masih pede rupiah akan ke Rp 15.000/US$ di akhir tahun nanti.
"Pertama, dari sisi fundamental yang Rp 15.400/US$ sekarang ini undervalue. Karena defisit transaksi berjalan lebih rendah dari yang kita perkirakan 2,5-3% PDB. Di Triwulan I-2020 di bawah 1,5% dari PDB dan di akhir tahun bisa di bawah 2% PDB," katanya.
"Sehingga kalau CAD [defisit transaksi berjalan] lebih rendah maka kebutuhan devisa jauh lebih rendah dan ini mendukung penguatan nilai tukar ke arah fundamental. Selain itu faktor teknikal seperti premi risiko akan dorong lebih kuat dari Rp 15.400/US$," imbuh Perry.
Lebih jauh Perry mengatakan, ke depan arus aliran modal asing juga masih akan terus masuk pasar uang. Apalagi jika nanti pandemi Covid-19 telah mereda, sehingga masih akan terus menguat, kata Perry, ke arah Rp 15.000/US$.
Hingga berita ini ditulis, Gubernur Perry masih terus memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini.
Selasa kemarin rupiah akhirnya "terpeleset" setelah berlari kencang di bulan ini. sepanjang bulan April rupiah hingga Senin (27/4/2020) lalu, rupiah sudah menguat 6,07%.
Penguatan yang cukup besar sehingga rupiah rentan terkena aksi ambil untung (profit taking) karena faktor teknikal yang menjadi salah satu faktor dibalik melemahnya rupiah 0,46% di Rp 15.380/US$ kemarin.
Selain itu, ambrolnya harga minyak mentah juga menyulitkan rupiah untuk bangkit. Di awal pekan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ambrol sekitar 25%, sementara pada Selasa pagi kemerosotan berlanjut lagi lebih dari 18% ke US$ 10,46/barel, sebelum mengakhiri perdagangan di level US$ 12,34/barel atau melemah 3,44%
Ambrolnya harga minyak mentah membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan membebani rupiah. Tetapi pagi ini harga minyak mentah WTI mulai merangkak naik mendekati level US$ 14/barel. Penguatan minyak mentah tersebut tentunya sedikit mengangkat sentimen pelaku pasar.
Apalagi rencana pelonggaran kebijakan karantina wilayah (lockdown) di Eropa dan Amerika Serikat tentunya membuat roda perekonomian mulai berputar, sehingga permintaan minyak mentah perlahan bisa naik.
Pekan lalu, negara-negara besar di Eropa seperti Spanyol, Italia, Jerman, dan Belanda sudah mengumumkan akan membuka lockdown pada bulan Mei setelah melambatnya laju penambahan kasus Covid-19. Beberapa negara bahkan sudah mengizinkan warganya untuk kembali beraktivitas meski masih terbatas.
Pelonggaran lockdown di Eropa akhirnya diikuti oleh Negeri Paman Sam. Beberapa negara bagian di AS mulai mewacanakan untuk membuka lockdown. Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan lockdown akan dibuka dalam beberapa fase setelah Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan jumlah pasien rawat inap sudah menurun dalam 14 hari terakhir.
Fase satu, New York dunia usaha di bidang konstruksi dan manufaktur akan diizinkan kembali beraktivitas. Fase kedua dunia usaha perlu rencana untuk beroperasi kembali, termasuk memiliki pengaman individual serta menerapkan social distancing.
Kemudian Gubernur Ohio, Mike DeWine, mengatakan sektor ritel dan jasa bisa kembali beroperasi pada 12 Mei.
Selain itu, negara bagian Alaska, Georgia, South Carolina, Tennessee dan Texas sudah mengizinkan restoran dan beberapa usaha lainnya untuk kembali beroperasi.
Dilonggarkannya lockdown di Eropa dan AS tentunya membuat roda perekonomian perlahan kembali berputar, dan bisa segera keluar dari jurang resesi, sentimen pelaku pasar pun membaik, yang membuat rupiah menguat sepanjang pekan lalu hingga awal pekan ini.
https://ift.tt/2Ym0G8V
April 29, 2020 at 09:34AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perry Effect! Masih Pagi Rupiah Sudah Terbaik Kedua Asia"
Post a Comment