Search

Mentan Blak-blakan, Harga Bakal 'Jinak' Pekan Kedua Ramadan

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kenaikan harga pangan terjadi karena masalah keterlambatan distribusi akibat COVID-19. Hal ini berdampak kepada defisitnya stok beberapa komoditas impor seperti gula dan bawang putih di beberapa daerah sehingga terjadi lonjakan harga.

"Keterlambatan itu karena didaerah asal ada COVID-19 dan lockdown di beberapa tempat. Tetapi saat ini Mulai dari 2-3 minggu sebelum puasa importir-importir itu sudah masuk secara bertahap, baik itu gula, daging, bawang putih. Ada beberapa tempat yang belum sampai misalnya di Papua, tetapi saya kira minggu ini akan bergulir lebih baik lagi," kata Syahrul secara eksklusif dalam program Closing Bell CNBC Indonesia, Rabu (28/04/20).


Syahrul menjelaskan, tren kenaikan harga memang biasa terjadi menjelang hingga pekan pertama Ramadan di setiap tahunnya. Namun, ia memastikan harga akan kembali ke normal pada pekan kedua puasa.

"Sesudah minggu kedua cenderung (harga) mendatar kembali, mudah-mudahan seperti itu yang kita hadapi sekarang. Karena dalam catatan, neraca kita sudah terpenuhi maka sekarang ini kita berjuang pada distribusi transportasi agar betul-betul daerah yang defisit kita petakan dengan baik kemudian kita masuk," jelasnya.

Kembali normalnya harga ini juga diperkuat dengan komoditas impor yang saat ini diyakini mulai masuk ke dalam negeri secara bertahap dan mengisi pasar. Menurutnya, pemerintah tidak bisa terburu-buru dalam melakukan impor, agar tidak mengganggu stok dalam negeri.

Impor yang dilakukan pemerintah sudah sesuai jadwal. Namun, penerapan lockdown akibat COVID-19 di negara asal impor menghambat waktu pengiriman.

"Kita mulai pesan impor itu setelah Februari, dan setelah Februari kita pesan, saya ingat 3 Februari udah pesan, ternyata kita tidak tahu COVID-19 itu melanda India misalnya dan tempat lain dan lockdown wilayah membuat pengiriman impor itu sedikit terlambat, tetapi hanya selang beberapa lama dan sekarang mulai terisi kembali. Tentu saja kalau misal di India tidak bisa, kita bisa datangkan dari New Zealand datang dari Brazil dan itulah yang dipenuhi oleh impor kita secara bertahap sesuai pesanan," ujarnya.

Selain itu, Syahrul menambahkan, kenaikan harga di pasaran juga disebabkan oleh spekulasi para pedagang dengan terjadinya momen keterbatasan stok yang ada. Berdasarkan data kementerian, harga saat ini dinilai sudah mulai menurun.

"Dari data yang kita miliki ini harga sudah tidak seperti kemarin, kemarin kan lebih kepada bukan ketersediaan, kemarin lebih banyak kepada momentum ada kemudian antara supply dan demand, dan ada spekulasi-spekulasi pedagang yang merasa kekurangan, yang tadinya supply ke pasar 40 ton lalu dikurangi 15 ton," tambahnya.

"Tetapi kita sudah mengantisipasinya, kemudian sekarang ini harga2 mulai menjelang normal," lanjutnya.

Dia menuturkan bahwa persoalan stabilitas harga pangan sebenarnya bukan ranah Kementan. Tugas Kementan adalah menggenjot produksi pangan. Sedangkan masalah distribusi, rantai pasokan, dan stabilitas harga adalah urusan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Namun, berdasarkan arahan presiden Joko Widodo, semua kementerian dan lembaga harus bekerja sama dalam mengatasi hal ini. "Sekarang ini kita dekatkan semua komoditi itu ke lapangan agar bisa menormalisasi harga yang ada," katanya.


[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/3bQXqWK

April 30, 2020 at 08:33AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mentan Blak-blakan, Harga Bakal 'Jinak' Pekan Kedua Ramadan"

Post a Comment

Powered by Blogger.