
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,95% ke level 5.978,51 pada perdagangan Rabu kemarin (6/2/2020).
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang kompak melaju di zona hijau: indeks Nikkei terapresiasi 1,02%, indeks Shanghai naik 1,25%, indeks Hang Seng menguat 0,42%, indeks Straits Times terkerek 1,44%, dan indeks Kospi bertambah 0,36%.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Kamis (6/2/2020):
1.Tampung Dana Asing, RI 'Ngebet' Bikin Sovereign Wealth Fund
Pemerintah dalam proses membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Badan Usaha Pengelola Investasi Negara yang akan menampung dana asing yang masuk atau foreign direct investment (FDI) sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan investasi dalam negeri.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan konsep SWF yang direncanakan akan dimasukkan dalam paket undang-undang Omnibus Law.
Adapun bentuk SWF ini yakni 'sui generis' (frasa latin yang berarti dari jenisnya sendiri, atau unik) dan bisa juga berbentuk seperti LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau Indonesia Eximbank), bukan Badan Layanan Umum (BLU).
"[Bentuk] sui generis, semacam LPEI. Bukan BLU. Sebenarnya secara legal basis lebih di [kewenangan] Kemenkeu, kita [Kementerian BUMN] lebih memberikan keahlian dari sisi framework bisnisnya, legalitas di Kemenkeu," kata Kartika usai Mandiri Investment Forum 2020, di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
2.Holding Farmasi Terbentuk, Harga Obat Diklaim Bakal Murah
Pembentukan perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor farmasi diharapkan bisa mengurangi harga obat di pasaran yang saat ini dinilai masih tinggi.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), perusahaan induk BUMN Farmasi, Honesti Basyir menegaskan peluang penurunan harga obat sangat mungkin terjadi melalui penggabungan BUMN Farmasi dalam satu payung.
"Ini sangat mungkin kita lakukan. Dengan bergabung kita kolaborasi, sehingga kami yakin masyarakat akan mendapat obat yang lebih terjangkau," kata Honesti, saat konferensi pers pembentukan Holding Farmasi di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
3.Pak Erick, AXA Mandiri & BNI Life Masuk Holding Asuransi?
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melontarkan wacana akan memasukkan perusahaan asuransi milik perusahaan pelat merah ke dalam holding BUMN asuransi. Penggabungan ini diharapkan akan membuat holding asuransi BUMN kuat dari sisi keuangan, manajemen risiko dan investasi.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pembentukan holding asuransi BUMN tidak hanya untuk membentuk transformasi dan penyelesaian masalah PT Asuransi Jiwasraya (Persero), tapi juga penguatan dari sisi keuangan.
"Kita kan punya asuransi cukup banyak, termasuk yang anak perusahaan (BUMN) kayak Taspen Life dan BUMN perbankan juga punya banyak asuransi, seperti Mandiri AXA [Asuransi AXA Mandiri], BNI Life. Harapannya seluruh BUMN di asuransi ini kita punya satu holding yang perkuat transformasi," kata Kartika dalam Mandiri Investment Forum 2020 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (5/2/2020).
4.Pertumbuhan Laba Mandiri Tertinggi di Antara Bank Besar ASEAN
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Royke Tumilaar mengklaim bahwa pertumbuhan laba Bank Mandiri merupakan yang tertinggi di antara seluruh bank besar di Asia Tenggara.
"Laba Bank Mandiri tertinggi di antara bank besar di Asia Tenggara karena tumbuh 9,9%," ujar Royke di hadapan ribuan audiens Mandiri Investment Forum (MIF) 2020 di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Bank terbesar kedua di Indonesia dari sisi aset ini membukukan pertumbuhan laba bersih 9,9% menjadi Rp 27,5 triliun sepanjang tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2018 yakni Rp 25,02 triliun. Laba bersih itu ditopang oleh penyaluran kredit yang naik double digit 10,7% menjadi Rp 907 triliun dari tahun sebelumnya Rp 820 triliun.
5.Dampak Corona, Moody's: Ekonomi China Tumbuh 5,8% di 2020
Lembaga pemeringkat global, Moody's Investors Service, memprediksi wabah virus corona yang terus merebak hingga saat ini akan berdampak pada kerugian ekonomi China seiring dengan penurunan angka pengeluaran konsumen pada sektor transportasi, ritel, pariwisata dan hiburan.
Risiko pelemahan ini membuat Moody's memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) China untuk tahun 2020 sebesar 5,8%. Selain itu, ada potensi penurunan tajam dalam pendapatan dan valuasi bisnis di seluruh China selama beberapa bulan ke depan.
Moody's memperkirakan, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah di China diharapkan memiliki instrumen keuangan untuk menyerap guncangan ekonomi dan fiskal.
6.Berburu Saham Murah, 6 Saham LQ45 Ini Melesat 3% Lebih
Akumulasi beli tampaknya benar-benar sedang berlangsung di pasar saham domestik hari ini. Sebanyak 6 saham di jajaran Indeks LQ45, 45 saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI), melesat lebih dari 3% pada perdagangan pagi ini, Rabu (5/2/2020).
Data BEI mencatat, penguatan saham-saham tersebut mengangkat IHSG naik 0,59% ke level 5.957,43. Sebanyak 222 saham harganya naik, 114 saham harganya turun dan 120 saham harganya terkoreksi.
Saham-saham yang mengalami penguatan tersebut antara lain, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 4,48%, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 4,33%, lalu saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) naik 3,49%, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 3,45%.
7.Harga Gas Dipaksa Murah, Saham PGN Terendah 3 Tahun
Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menuju titik terendah 3 tahun. Bahkan sejak awal tahun 2020, harga saham PGAS terus mengalami penurunan.
Turunnya harga saham terendah PGAS ini seolah mengulang nostalgia di mana pada Oktober 2017, harga saham PGAS juga mencapai titik terendahnya di level Rp 1.400 per saham.
Sama seperti kondisi saat ini, harga saham PGAS juga digoyang oleh pemerintah yang juga meminta untuk turunkan harga gas industri ke US$ 6 per MMBTU.
(tas/tas)https://ift.tt/2RZsMTA
February 06, 2020 at 04:11PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Simak 7 Kabar Pasar: Obral Saham Murah hingga Ekonomi China"
Post a Comment