
Pada Selasa (11/2/2020), US$ 1 dihargai Rp 13.690 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.
Namun rupiah tidak betah lama-lama di zona netral. Pada pukul 08:23 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.685 di mana rupiah menguat tipis 0,04%.
Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,15%. Pelemahan rupiah berlanjut awal pekan ini, kemarin mata uang Tanah Air juga terdepresiasi 0,15%.
Sejak awal Februari, rupiah sudah melemah 0,3%. Ini membuat rupiah menarik untuk dikoleksi karena harganya sudah 'murah'.
Selain itu, fundamental rupiah juga menunjukkan perbaikan. Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) terbaru yang hasilnya cukup oke.
Pada kuartal IV-2019, NPI membukukan surplus sebesar US$ 4,28 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 46 juta.
Ini membuat NPI untuk keseluruhan 2019 menjadi surplus US$ 4,68 miliar. Juga jauh membaik ketimbang 2018 yang negatif US$ 7,13 miliar.
Secara fundamental, pergerakan kurs akan ditentukan oleh pasokan dan permintaan (supply-demand). Ketika permintaan terhadap suatu mata uang meningkat, maka nilai tukarnya menguat.
Supply-demand ini digambarkan oleh neraca pembayaran alias balance of payment. Neraca ini memberi rincian tentang arus devisa yang keluar-masuk di suatu negara. Kala neraca pembayaran surplus, berarti devisa yang masuk lebih banyak ketimbang yang keluar. Ini menunjukkan permintaan terhadap mata uang domestik meningkat.
https://ift.tt/2H8YRCn
February 11, 2020 at 03:26PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Corona Makin Gawat, Kok Rupiah Bisa Menguat?"
Post a Comment