
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan pekan ini. Semua mata uang di Asia tak ada yang melebihi penguatan mata uang Garuda terhadap dolar AS dan tercatat menjadi jawara di Benua Asia.
Selama pekan ininilai tukar rupiah mengalami penguatan 2,6% (week on week/wow) di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik pekan ini di Benua Asia disusul oleh yen Jepang yang terapresiasi 0,88% (wow), baht Thailand yang menguat 0,52% (wow) dan dolar Hong Kong yang terapresiasi sebesar 0.03% (wow).
Mata uang Asia memang cenderung mengalami penguatan pada sepekan terakhir.
Sebelumnya pada perdagangan akhir pekan (17/4/2020) nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) akibat membaiknya sentimen pelaku pasar setelah mendapat kabar menyebutkan adanya obat yang efektif mengobati penyakit virus corona (COVID-19) di AS.
Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,77% ke Rp 15.480/US$. Penguatan semakin panjang hingga 1,63% di Rp 15.345/US$, meski harus terpangkas menjadi 1,28% di Rp 15.400/US$ di akhir perdagangan hari ini.
Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat melawan dolar AS, tetapi hanya rupiah yang penguatannya lebih dari 1%. Itu artinya rupiah kembali menjadi juara atau terbaik di Asia. Sepanjang pekan ini, rupiah 3 kali menjadi yang terbaik di Asia, sebelumnya diraih pada hari Senin (13/4/2020) sebsar 1,15% dan Rabu (15/4/2020) yang menguat 0,38%.
Nilai tukar rupiah terus menguat jauh meninggalkan level Rp 16.000/US$. Terutama pada pekan kedua April 2020 karena kepanikan di pasar global mulai mereda.
Dengan penguatan tersebut, rupiah kembali menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Bahkan salah satu terbaik di dunia jika dilihat sejak pekan yang berakhir pada 9 April 2020 rupiah sudah menguat 5,18%. Di saat mayoritas mata uang utama Asia bahkan melemah melawan dolar AS pada perdagangan kemarin.
Sentimen positif kinerja rupiah ditopang oleh kebijakan stimulus Bank Indonesia (BI). BI yang selalu menjaga agar mata uang Garuda tetap stabil dengan triple intervention, yakni intervensi di pasar Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), intervensi di pasar spot, dan di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Gubernur BI, Perry Warjiyo, di setiap kesempatan selalu menegaskan BI selalu ada di pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Selain itu, pada Selasa sore BI mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Gubernur Perry melalui video conference mengumumkan suku bunga (7 Day Reverse Repo rate) tetap sebesar 4,5%, lending facility menjadi 5,25% dan deposit facility 3,75%.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, juga kembali menegaskan bahwa kurs rupiah masih terlalu murah (undervalued) dibandingkan fundamentalnya. Oleh karena itu, Perry yakin bahwa rupiah akan terus bergerak stabil cenderung menguat ke arah Rp 15.000/US$ pada akhir 2020.
Penguatan rupiah, lanjut Perry, akan didorong oleh arus modal asing (capital inflow) di pasar keuangan. Selama 14-16 April, BI mencatat arus modal asing adalah Rp 2,9 triliun. "Inflow ini sebagian besar ke SBN," katanya dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini, Jumat (17/4/2020).
https://ift.tt/3cnIFuk
April 18, 2020 at 10:00AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kece Badai! Lawan Dolar AS, Rupiah yang Tebaik di Asia"
Post a Comment