Menperin menyebut, industri tersebut merupakan salah satu kelompok yang suffered (menderita) di tengah penerapan skema Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam mencegah penyebaran pandemi Covid-19.
"Padahal kita tau bahwa asosiasi pertekstilan dan produk tekstil saat ini mereka sedang melakukan diversifikasi, dari tadinya memproduksi garmen dan tekstil, mereka diversifikasi membuat Alat Pelindung Diri (APD), masker dan sebagainya," jelas Agus dalam Virtual Video Interview dengan CNBC Indonesia, Senin (20/4/2020).
Untuk itu, saat ini fokus pemerintah yakni dengan terus memberikan pendampingan agar industri yang sedang terdampak tidak semakin terpuruk. Salah satunya industri tekstil yang bisa mengelola kebutuhan di tengah pandemi.
Selain permasalahan utama industri saat ini, yakni terkait cashflow dan ketersediaan bahan baku, pemerintah juga secara berkelanjutan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan melakukan pemetaan pada industri yang dirasa moderat dan sangat suffered terdampak pandemi Covid-19.
"Sebagai supply chain karena yang banyak suffered (menderita) industri kecil dan menengah, itu berkaitan dengan stimulus, program-program yang skalanya besar. Jadi saya juga termasuk yang ikut secara intensif pembahasan stimulus terutama industri manufaktur. Dalam waktu dekat akan diumumkan pemerintah," ujarnya.
Pemerintah memang sempat memetakan sektor yang paling rentan sampai yang paling kuat dari hantaman corona. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat secara urutan sektor yang paling kena dampak sampai yang justru diuntungkan karena corona, antara lain pariwisata, konstruksi, transportasi darat-laut-udara, pertambangan, keuangan, otomotif, usaha mikro kecil dan menengah, pertanian, jasa logistik, jasa telekomunikasi, elektronika, makanan dan minuman, kimia-farmasi-alat kesehatan, dan terakhir tekstil dan produk tekstil (TPT).
(hoi/hoi)
https://ift.tt/2Kl773A
April 20, 2020 at 12:07PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Awalnya Dianggap Aman, Pabrik Tekstil Rumahkan 1,5 Juta Orang"
Post a Comment