Data BEI mencatat, penguatan saham-saham tersebut mengangkat IHSG naik 0,59% ke level 5.957,43. Sebanyak 222 saham harganya naik, 114 saham harganya turun dan 120 saham harganya terkoreksi.
Saham-saham yang mengalami penguatan tersebut antara lain, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 4,48%, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 4,33%, lalu saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) naik 3,49%, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 3,45%.
Lalu saham PT Matahari Departemen Store Tbk (LPPF) naik 3,36% dan saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) naik 3,26%.
Bursa saham domestik hari ini mengekor kinerja bursa saham Asia yang juga hijau.
Sebelumnya bursa Wall Street AS juga ditutup menguat pada perdagangan kemarin, Selasa (4/2/2020). Pada penutupan perdagangan tadi malam, indeks Dow Jones naik 1,44%, indeks S&P 500 menguat 1,5%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 2,1%.
Rilis data ekonomi yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Pada awal pekan ini, Manufacturing PMI AS periode Januari 2020 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 50,9, di atas konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.
Ekspansi aktivitas manufaktur AS pada bulan lalu menandai ekspansi pertama dalam enam bulan.
Tanda-tanda pulihnya perekonomian AS praktis menjadi kabar yang menggembirakan sekaligus melegakan bagi pelaku pasar. Pasalnya, The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS pada pekan kemarin memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 1,5%-1,75%.
Di sepanjang tahun 2019, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli, September, dan Oktober. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 75 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.
Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.
Jika tingkat suku bunga acuan kembali dipangkas, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan semakin terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Kini, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed lantas berpotensi untuk semakin menekan laju perekonomian AS. Praktis, rilis data ekonomi yang menggembirakan menjadi sesuatu yang melegakan bagi pelaku pasar.
Di sisi lain, sentimen negatif bagi bursa saham Asia datang dari infeksi virus Corona yang terus meluas. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Melansir publikasi dari Johns Hopkins, hingga kini sebanyak 490 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 24.000.
https://ift.tt/2tyFP5a
February 05, 2020 at 05:40PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Berburu Saham Murah, 6 Saham LQ45 Ini Melesat 3% Lebih"
Post a Comment