Search

Lelang SUN Laris Manis, Harga Obligasi Masih Kuat Nanjak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil lelang surat utang negara (SUN) yang mencetak rekor tertinggi penawaran pada Selasa kemarin (21/1/2020) dan beberapa faktor positif lain diprediksi akan membuat harga efek utang pemerintah di pasar Rabu ini (22/1) akan positif bergerak menguat terbatas.

Meskipun memprediksi pasar obligasi akan menguat, Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya pagi ini menilai penguatan yang sudah berlangsung lama dapat semakin membuka peluang koreksi.

"Kami merekomendasikan beli dengan volume terbatas, semakin naik harga obligasi tanpa penurunan, akan membuat obligasi rawan terkoreksi," ujar Nico dan tim hari ini.


Dalam lelang SUN konvensional kedua 2020 kemarin, peserta lelang yang terdiri dari bank dan sekuritas menyampaikan Rp 94,97 triliun penawaran, tertinggi sepanjang sejarah.

Nilai penawaran tersebut 91,78% di atas rerata lelang SUN konvensional tahun lalu Rp 49,52 triliun/lelang dan 128,31% di atas rerata lelang 2018 yang hanya Rp 41,6 triliun/lelang. Dalam lelang itu, pemerintah menerbitkan Rp 20 triliun SUN.

Akibatnya, sentimen positif merebak dan membuat pasar menguat hingga penutupan serta membuat tingkat imbal hasil (yield) acuan 10 tahun turun hingga 6,8%, terendah sejak April 2018.


Pergerakan harga dan tingkat imbal hasil (yield) SUN saling bertolak belakang di pasar, dan yield lebih digunakan di pasar karena mencerminkan harga, kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Tahun ini, seri acuan baru adalah FR0081 untuk tenor 5 tahun, FR0082 10 tahun, FR0080 15 tahun, dan FR0083 20 tahun.

Positifnya lelang juga diperkuat rupiah yang masih kuat sejak awal tahun di bawah Rp 13.700/dolar AS dan arus dana investor asing yang masuk ke pasar SUN.

Terkait dengan arus dana asing, Nico menilai ada dana dari pasar saham yang masuk ke pasar SUN karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum menjanjikan sekarang.

Loyonya IHSG membuat para pelaku pasar dan investor melakukan switching, karena hal ini penting untuk menjaga Return on Investment (ROI) bagi portfolio masing masing.


Sebelumnya, Nico juga mengatakan penguatan harga yang masih terjadi sejak pekan lalu disebabkan oleh turunnya CDS (credit default swap) obligasi Indonesia yang berdenominasi dolar AS dan masuknya investor asing ke pasar SUN.

CDS adalah instrumen keuangan berupa efek turunan (derivatif) atau kontrak yang menjadi jaminan bagi pemilik efek utang (fixed income) tertentu terhadap risiko kredit instrumen tertentu, dalam hal ini obligasi pemerintah Indonesia yang berdenominasi dolar AS.

Semakin tinggi nilai CDS, maka dapat mencerminkan risiko gagal bayar (default) sebuah instrumen sedang tinggi, sehingga untuk membeli 'asuransi' gagal bayar itu menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan ketika risikonya rendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2tEzuoL

January 22, 2020 at 04:26PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Lelang SUN Laris Manis, Harga Obligasi Masih Kuat Nanjak!"

Post a Comment

Powered by Blogger.