
Berdasarkan data perdagangan BEI, dalam sepekan terakhir nilai jual bersih (net sell) investor asing tercatat mencapai Rp 2,7 triliun di seluruh pasar. Sementara di pasar reguler, nilai net sell sebesar Rp 2,73 triliun dan di pasar negosiasi ada beli bersih (net buy) Rp 27,39 miliar.
Nilai tersebut lebih dari setengah nilai net sell di semua pasar dalam sebulan terakhir yang mencapai Rp 5,22 triliun. Sementara di pasar reguler jumlah net sell mencapai Rp 6,13 triliun dan di pasar negosiasi terjadi net buy senilai Rp 906,17 miliar.
Jika dihitung selama tahun berjalan, total net sell asing selama tahun berjalan hingga perdagangan Senin kemarin mencapai Rp 15,47 triliun di seluruh pasar. Di pasar reguler nilai net sell mencapai Rp 19,01 triliun, sedangkan di pasar negosiasi masih net buy Rp 3,54 triliun.
Dana asing yang keluar dalam jumlah besar tersebut membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 27,36% (YTD), di mana saham-saham berkapitalisasi besar paling banyak dilepas oleh asing.
Hingga perdagangan pagi ini, 5 saham yang paling besar dijual oleh investor asing dari awal tahun yaitu: saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 4,4 triliun.
Lalu saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk senilai Rp 3 triliun. Kedua saham bank ini merupakan pemimpin kapitalisasi saham terbesar di BEI.
Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga tercatat diobral asing senilai Rp 2,2 triliun pada periode yang sama. Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dilepas asing senilai Rp 1,2 triliun dan saham PT Uniliver Indonesia Tbk (UNVR) senilai Rp 1 triliun.
Dampak covid-19 diperkirakan akan membuat ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui jika kuartal II-2020 akan menjadi titik terberat dalam perekonomian Indonesia. Dalam skenario pemerintah, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun ini bisa hampir mendekati nol persen.
"Pertumbuhan ekonomi bisa turun 0,3%, hampir mendekati nol atau bahkan negatif growth di minus 2,6%. Dan untuk kuartal III akan ada recovery di 1,5% dan 2,8%," katanya, menambahkan jika Indonesia sedang mengupayakan agar kondisi tersebut tidak terjadi.
Sementara itu, Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath dalam laporan yang bertajuk 'The Great Lockdown' memperkirakan penurunan ekonomi akan menjadi yang terburuk sejak Depresi Hebat (Great Depression) di kala menghantam perekonomian dunia pada 1929 silam.
Gita memperkirakan, outlook perekonomian global sepanjang April 2020 akan terkoreksi cukup tajam minus 3 persen akibat pandemi menjadikan yang terburuk sejak krisis finansial global pada 2008-2009 yang minus 0,1%.
Dalam skenario dasar, yang mengasumsikan bahwa pandemi memudar pada paruh kedua tahun 2020 dan upaya pembatasan sosial dapat secara bertahap dilonggarkan ekonomi global diproyeksikan tumbuh sebesar 5,8% pada tahun 2021 ketika kegiatan ekonomi menjadi normal, dibantu oleh dukungan kebijakan.
(hps/tas)
https://ift.tt/3ezhkaC
April 21, 2020 at 10:40AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dunia Menuju Resesi, Asing Bawa Kabur Rp 15,5 T dari Bursa RI"
Post a Comment