Search

Waspada Rush Money? Ini Penjelasan Dubes RI di Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Duta Besar Indonesia untuk Singapura, I Gde Ngurah Swajaya, menyampaikan isu 'rush money' perbankan di Singapura tidak berimplikasi langsung dengan fakta di lapangan. Hal itu mengingat hingga saat ini tidak ada gejolak penarikan dana bank secara besar-besaran di negeri jiran itu.

"Kami melihat, warga Singapura, dalam 3 hari ini, kami melihat, mendengar, memantau langsung, yang ada hanya rush di supermarket [tak ada rush di bank]. Itu pun rush belanja di supermarket hanya 2 hari, hari ini situasi normal lagi," kata I Gde, dalam dialog langsung dengan CNBC Indonesia, dalam program Squawk Box, Kamis ini (13/2/2020).

Adapun terkait dengan posisi Singapura sebagai salah satu investor penanaman modal asing terbesar bagi RI, I Gde menegaskan perlambatan investasi langsung Singapura ke Indonesia lebih karena dampak ekonomi global. 


"Jadi sebenarnya kita melihat perkembangan ekonomi dunia, trade war dan pelemahan petumbuhan ekonomi dunia sehingga tahun lalu, kami melihat ada penurunan investasi [ke Indonesia dari Singapura] pada tahun lalu, dari tahun sebelumnya, tapi masih Singapura yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir," tegas mantan Duta Besar Indonesia untuk Perbara (perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara) ini.

"Kami harapkan, memang di tengah kondisi sulit ini, kami terus dorong upaya peningkatan investasi," katanya lagi.

Pihaknya, katanya, berharap terjadi peningkatan investasi dari tahun sebelumnya dengan catatan pemerintah Singapura dan China bisa mendorong penyelesaian virus corona selesai pada April 2020.

Waspada Rush Money? Ini Penjelasan Dubes RI di SingapuraFoto: Duta Besar Indonesia untuk Singapura, I Gde Ngurah Swajaya

"Mungkin dampak diantisipasi oleh Singapura dan RRC [China] bisa menekan, sehingga virus mulai pulih pada April 2020, saya kira upaya dengan mendorong promosi investasi terus dilakukan. Upaya mendorong potensi Indonesia menjadi destinasi investasi Singapura masih terus dilakukan."

Wabah virus baru corona (COVID-19) yang kian merebak membuat Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) pada pekan lalu meminta lembaga keuangan di Negeri Merlion untuk bersiap mengelola setiap peningkatan permintaan pada layanan keuangan tertentu, seperti penarikan tunai atau layanan keuangan online.

Foto: CNBC Indonesia TV

CNBC International melaporkan, sejauh ini Singapura telah melaporkan 50 kasus yang dikonfirmasi virus corona, dan menaikkan penilaian risiko nya ke tingkat siaga tertinggi kedua pada Jumat (7/2/2020). Negara berpenduduk 5,6 juta orang itu memiliki banyak kasus terkonfirmasi setelah wilayah China.

Mengacu data Johns Hopkins CSSE melalui Gisanddata mencatat, hingga Kamis pagi pukul 10.12 WIB, total terinfeksi di seluruh dunia mencapai 50.328 orang, 59.805 orang dari China daratan, sementara Singapura dan Hong Kong masing-masing 50 orang terinfeksi. Total korban tewas mencapai 1.358 orang, terbanyak dari Hubei 1.310 orang.


MAS yang merupakan bank sentral dan otoritas moneter dan keuangan Singapura juga mengingatkan perusahaan keuangan agar berhati-hati terhadap ancaman keamanan siber.

"Ada beberapa kasus pelaku ancaman dunia maya untuk mengambil keuntungan dari situasi Novel Coronavirus (2019-nCoV), untuk melakukan penipuan email, serangan phishing dan ransomware," kata MAS dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari CNBC International, Minggu (9/2/2020).

Makin bertambahnya korban jiwa terjadi di tengah beberapa wilayah lain juga memberlakukan karantina wajib demi menghentikan epidemi corona yang bikin panik global.

Tadi malam, bank terbesar Singapura, DBS mengevakuasi sebanyak 300 staf dari kantor pusatnya di Marina Bay Financial Centre (MBFC) sebagai tindakan pencegahan setelah kasus virus corona pada hari Rabu (12/2/2020) waktu setempat. Hal ini didasari penemuan satu kasus virus corona (COVID-19) di lingkungan kantor tersebut.

"Saya menyesal memberitahu Anda bahwa ada satu kasus yang dikonfirmasi tentang
coronavirus di DBS Asia Central pada level 43 hari ini," Kepala Bank DBS Singapura, Tse Koon Shee dalam memo internal perusahaan, dikutip dari Reuters.

Pada Sabtu pekan lalu, Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong mengimbau warganya untuk tetap tenang terkait wabah virus corona yang menerpa Singapura. Singapura telah menaikkan status waspada corona dari kuning ke oranye, menyusul 33 kasus corona di Singapura.


Melalui video YouTube yang diunggah oleh Prime Minister's Office, Singapore, Sabtu (8/2). Video berdurasi 3,55 menit itu berisi imbauan agar warga Singapura tetap tenang dan tak panik, termasuk tak melakukan aksi memborong barang kebutuhan secara berlebihan.

[Gambas:Youtube]


"Jangan beli kebutuhan pokok dan makanan secara berlebihan," seru PM Lee, dalam video tersebut.

Pada kesempatan itu, ia mengimbau warga Singapura tak menyebar berita-berita palsu dan saling menuduh. Ia juga meminta warganya tetap menjaga kebersihan dan selalu mengikuti petunjuk pemerintah dan beraktivitas seperti biasa dengan tetap waspada.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2SFoOi3

February 13, 2020 at 05:21PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Waspada Rush Money? Ini Penjelasan Dubes RI di Singapura"

Post a Comment

Powered by Blogger.