Search

Trump Dendam Kesumat ke China dari 2011, Damai Dagang Jadi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan China akan menandatangani kesepakatan dagang fase I pada Rabu (15/1/2020). Hal tersebut akan menjadi "kado" tahun baru bagi ekonomi dunia, maklum saja perang dagang kedua negara yang sudah berlangsung sejak pertengahan 2018 tersebut membuat pertumbuhan ekonomi global melambat.

Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) pada pertengahan Oktober lalu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3% di tahun 2019, dibandingkan proyeksi yang diberikan pada bulan Juli sebesar 3,2%. Proyeksi tersebut merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir.

Jika dilihat ke belakang, perang dagang AS vs China resmi dimulai pada Juli 2018 ketika kedua negara menaikkan bea masuk importasi produk dari masing-masing negara. Tetapi Presiden AS Donald Trump, sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda akan berkonflik dengan China jauh sebelum ia menjadi orang nomer 1 di Negeri Adidaya.

Melansir The Financial Times, pada tahun 2011, ketika Donald Trump masih menjadi pengusaha properti, ia sudah menyentil China. "China bukanlah sekutu ataupun teman - mereka ingin mengalahkan kita dan menguasai negara kita" cuit Trump di akun Twitternya.

Di tahun 2016, ketika Trump mencalonkan diri sebagai Presiden AS dari Partai Republik, ia kembali menyerang China. "Kita tidak bisa terus membiarkan China memperkosa negara kita dan itu yang mereka lakukan. Ini adalah pencurian terbesar dalam sejarah dunia" kata Trump kala itu.

Di tahun itu juga, Trump berhasil memenangi Pemilihan Presiden mengalahkan Hillary Clinton, dan dilantik pada Januari 2017. Sejak Trump menjadi Presiden AS, hubungan dengan China mulai memanas.

[Gambas:Video CNBC]

Sepanjang tahun 2017, kedua negara melakukan negosiasi dagang yang bertujuan meningkatkan ekspor AS ke China sehingga mengurangi defisit neraca dagang. Besarnya defisit neraca dagang AS dengan China menjadi alasan utama Trump menginisiasi perang dagang.

Negosiasi dagang kedua negara gagal di tahun 2017, dan pada Januari 2018 Trump kepada wartawan Reuters mengungkapkan sedang merencanakan untuk mengenakan "denda yang besar" kepada China.

Di akhir Januari, Trump kemudian menerapkan bea masuk importasi panel surya dan mesin cuci ke semua negara kecuali Kanada. Tiga bulan setelahnya, Trump kembali mengenakan bea masuk sebesar 25% terhadap produk baja dan 10% terhadap produk aluminium dari semua negara.

April 2018 menjadi awal perang dagang AS-China, kedua negara mengungkapkan akan menaikkan bea masuk dari masing-masing negara, dan akhirnya benar terjadi pada bulan Juli. Pada tanggal 6 Juli, AS resmi menaikkan bea masuk sebesar 25% terhadap 818 produk dari China dengan total nilai US$ 34 miliar. China membalas AS dengan mengenakan bea masuk dengan nilai yang sama.

Setelahnya perang dagang kedua negara semakin memanas, pada bulan Agustus Washington merilis daftar produk China senilai US$ 16 miliar yang akan dikenakan bea masuk sebesar 25%. Pemerintah Tiongkok sekali lagi membalas dengan nilai yang sama.

Kenaikan bea masuk kembali terjadi pada bulan September 2018, AS mengenakan bea masuk terhadap produk China senilai US$ 200 miliar sebesar 10%. Bahkan AS rencananya akan menaikkan bea masuk itu menjadi 25% pada Januari 2019. China tidak tinggal diam, membalas lagi dengan kenaikan bea masuk 25% terhadap produk Paman Sam senilai US$ 60 miliar.

Kabar baik akhirnya datang di penghujung 2018, kedua negara sepakat untuk "gencatan senjata" selama 90 hari. Artinya baik AS maupun China tidak akan menaikkan bea masuk baru selama tiga bulan. Hal tersebut dimaksudkan agar kedua negara bisa memulai perundingan dagang.

Sayangnya perundingan dagang kedua negara malah berujung pada eskalasi perang dagang. Pada bulan Mei 2019 AS menambah bea masuk terhadap produk China senilai US$ 200 miliar sebesar 25% yang sebelumnya sebesar 10%. 

Setelahnya, kedua negara kembali melakukan perundingan hingga mencapai mencapai kesepakatan dagang fase I pada pertengahan Oktober 2018. Sejauh ini, AS total sudah mengenakan bea masuk produk China sekitar US$ 360 miliar, sementara China membalas sebesar US$ 110 miliar.

Kini kesepakatan dagang fase I akan diteken pada hari Rabu nanti, diharapkan menjadi awal berakhirnya perang dagang kedua negara. Tetapi, Presiden Trump mengindikasikan kesepakatan fase II kemungkinan akan dilakukan hingga Pemilu Presiden AS 2020 selesai. Setidaknya dengan kesepakatan dagang fase I, kedua negara tidak lagi saling menaikkan bea masuk, sehingga perekonomian global bisa membaik di tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/gus)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Tjk2sz

January 12, 2020 at 06:34PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Trump Dendam Kesumat ke China dari 2011, Damai Dagang Jadi?"

Post a Comment

Powered by Blogger.