Search

Hari Ini 'Bung Karno' Siap Kalahkan 'Benjamin Franklin' Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mencatat penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/04/2020) kemarin setelah mencatat penguatan tipis. Membaiknya sentimen pelaku pasar setelah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) melambat menjadi pemicu penguatan Mata Uang Garuda.

Pada perdagangan kemarin, rupiah menguat 0,06%, meski tipis tapi cukup memperpanjang kinerja impresif sejak pekan lalu. Dalam 6 hari perdagangan (libur hari Jumat Agung satu kali), rupiah menguat lima kali dan hanya sekali melemah.

Total persentase penguatan selama periode tersebut sebesar 4,82%, dan menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di dunia. "Bung Karno" di rupiah pecahan Rp 100.000 pun tersenyum, dan "Benjamin Franklin" di pecahan US$ 100 manyun.


Secara global, penyebaran pandemi COVID-19 terus menunjukkan pelambatan, meski di beberapa wilayah termasuk Indonesia masih dalam tren naik.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu.

Terbaru, pada 14 April terjadi penambahan kasus 4,05% sehingga total menjadi 1,84 juta kasus. Persentase penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 10 Maret.

Selain itu China juga mengirim kabar baik. Data neraca perdagangan Negeri Tiongkok yang dirilis Selasa kemarin memberikan gambaran perekonomian bisa segera bangkit setelah pandemi COVID-19 berhasil diredam.

Kemudian dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) Selasa kemarin mempertahankan suku bunga, tetapi bukannya tanpa stimulus tambahan. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19, Bank Indonesia akan meningkatkan pelonggaran moneter melalui instrumen kuantitas (quantitative easing).

"Untuk dukung upaya pemulihan ekonomi nasional, BI melakukan pelonggaran moneter," kata Perry, Selasa (14/4/2020).

"BI menurunkan GWM rupiah sebesar 200 bps untuk bank umum konvensional dan 50 bps untuk bank umum syariah. Berlaku 1 Mei 2020," imbuh Perry.

Perry mengatakan, dengan penurunan GWM tersebut maka akan tersedia likuiditas tambahan hingga Rp 102 triliun.

Selain itu BI juga melakukan ekspansi operasi moneter melalui penyediaan term-repo kepada bank-bank dan korporasi dengan transaksi underlying SUN/SBSN dengan tenor sampai dengan 1 (satu) tahun.

BI juga tidak memberlakukan kewajiban tambahan Giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) baik terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah untuk periode 1 (satu) tahun, mulai berlaku 1 Mei 2020.

Rupiah baru bisa merespon kebijakan BI tersebut pada hari ini, Rabu (15/4/2020), dan berpeluang kembali menguat.

Secara teknikal, ruang penguatan rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih sebenarnya sudah terbatas melihat indikator Stochastic yang mencapai wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah level 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat jika stochastic mencapai oversold.

Tetapi jika secara fundamental masih mendukung, rupiah bisa saja terus melaju kencang, hingga Stochastic tertahan di wilayah oversold cukup lama. Pada pertengahan Maret lalu, Stochastic juga tertahan di wilayah jenuh beli (overbought) cukup lama ketika rupiah mengalami tekanan hebat.

'Bung Karno', Siap Kalahkan 'Benjamin Franklin' Lagi? Foto: Refinitiv

Penguatan tajam rupiah belakangan ini didukung munculnya pola Shooting Star. Rupiah Pada hari Senin (6/4/2020) sempat melemah hingga 0,91%, kemudian berbalik menguat 0,12%. Jika dilihat pada grafik, badan (candle stick) kecil di bagian bawah, sementara ekornya panjang ke atas. Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Pola ini sebelumnya juga sudah muncul 20 Maret lalu, tetapi sayangnya pandemi COVID-19 terus mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang membuat rupiah sulit menguat.

Faktor fundamental memang akan lebih mempengaruhi pergerakan rupiah selama pandemi COVID-19 belum bisa dihentikan.

Pola yang sama juga muncul 2 April lalu, dan yang terbaru Rabu (8/4/2020), sehingga total sudah ada 4 pola Shooting Star yang muncul dalam satu bulan terakhir.

Secara psikologis, pola Shooting Star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.

Area Rp 15.700/US$ terlihat menjadi resisten (tahan atas) yang cukup kuat. Selasa kemarin, rupiah sempat melemah hingga ke level tersebut, sebelum akhirnya berbalik menguat.

Selama tertahan di bawah level tersebut, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.550/US$. Jika level tersebut dilewati, Mata Uang Garuda berpotensi menguat lebih jauh ke Rp 15.450 sampai 15.400/US$.

Jika rupiah kembali terkoreksi, Rp 17.000/US$ akan kembali menjadi penahan pelemahan.

[Gambas:Video CNBC]

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/3a513GR

April 15, 2020 at 08:50AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Hari Ini 'Bung Karno' Siap Kalahkan 'Benjamin Franklin' Lagi?"

Post a Comment

Powered by Blogger.