Virus corona merupakan patogen yang masih satu golongan dengan agen infeksi yang menyebabkan SARS. Virus ini menyerang sistem pernapasan manusia dan dapat ditularkan dari hewan (zoonitik).
Setelah pertama kali dilaporkan di Wuhan dan menyebabkan seorang pria berusia 61 tahun meninggal pada 9 Januari lalu, jumlah orang yang terinfeksi dan meninggal semakin bertambah tiap harinya. Bahkan hingga hari ini korban terus berjatuhan.
Mengutip data John Hopkins CSSE, sampai saat ini sudah ada 20.588 kasu yang dilaporkan. Sebanyak 428 orang dinyatakan meninggal dunia. Namun ada 644 orang yang dinyatakan pulih.
Foto: Penanganan Serius Pasien Terinfeksi Virus Corona di China (Xiong Qi/Xinhua via AP)
|
Sampai saat ini, virus ini paling banyak menjangkiti China. Jumlah kasus terlapor di Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai 20.400 orang telah terinfeksi. Sementara 188 kasus lain dilaporkan di 26 negara lain.
Merebaknya virus inilah yang membuat pasar bergejolak. Pasar minyak mentah pun ikut kena koreksi. Sejak kasus yang dilaporkan jumlahnya meroket pada 20 Januari lalu. Harga minyak mentah ambles hampir 16%.
Dampak dari virus ini dikhawatirkan akan memukul perekonomian China. Goldman Sachs memprediksi pertumbuhan ekonomi China dapat terpangkas 0,4 persen poin. Kajian lain yang dilakukan oleh S&P, bahkan meramal perekonomian China dapat terpangkas 1,2 persen poin.
Kala perekonomian China terpukul, permintaan minyak juga dikhawatirkan ikut kena imbasnya. China merupakan negara terbesar kedua konsumen minyak mentah global setelah AS. Dalam sehari konsumsi minyak mentah China mencapai lebih dari 10 juta barel.
Virus ini telah membuat lebih dari 20 kota di China diisolasi. Beberapa dikarantina secara parsial, sementara sisanya diisolasi total. Berbagai fasilitas transportasi umum seperti bandara dan stasiun kereta ditutup.
Namun harga minyak mentah kontrak mulai menunjukkan kenaikan pada pagi ini. Data Refinitiv menunjukkan, harga minyak mentah kontrak jenis Brent naik 0,62% ke level US$ 54,79/barel. Sementara harga minyak mentah kontrak WTI naik 0,74% ke posisi US$ 50,48/barel.
Organisasi negara pengekspor minyak dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ yang awalnya akan bertemu pada Maret dikabarkan dapat memajukan pertemuannya di Februari untuk membahas dampak penyebaran virus corona terhadap permintaan minyak.
OPEC+ saat ini terbuka pada berbagai opsi, memperpanjang periode pemangkasan produksi minyak hingga memangkas lebih dalam produksi minyak. Saat ini OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyak 1,7 juta barel per hari (bpd).
Menurut sumber-sumber yang familiar dengan isu pemangkasan produksi minyak, ada kemungkinan OPEC+ memangkas produksi minyak mentah lebih dalam sebanyak 500.000 barel per hari.
"Diperkirakan akan ada pemangkasan produksi minyak hingga 500.000 barel per hari, bahkan bisa lebih kalau situasinya semakin memburuk" kata Margaret Yang, analis pasar di CMC Markets, melansir Reuters. "harapan inilah yang membuat sentimen perdagangan minyak mentah membaik hari ini" tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas)
https://ift.tt/37VBtUJ
February 04, 2020 at 05:36PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Usai Anjlok 16%, Harga Minyak Mulai Merangkak Naik"
Post a Comment