Search

Kendati Bursa Asia Memerah, IHSG Sukses Menghijau!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (7/2/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,02% ke level 5.988,06. Pada pukul 09:10 WIB, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut telah bertambah lebar menjadi 0,08% ke level 5.991,65.

Jika apresiasi IHSG bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai apresiasi selama empat hari beruntun.


Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang justru sedang bergerak di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei terpangkas 0,16%, indeks Shanghai turun 0,41%, indeks Hang Seng melemah 0,69%, indeks Straits Times jatuh 0,54%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,72%.
Terus meluasnya infeksi virus Corona menjadi faktor yang menekan kinerja bursa saham Benua Kuning. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Dilansir dari halaman resmi Center for Disease Control and Prevention (CDC), hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.

China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir CNBC International, hingga kemarin, Kamis (6/2/2020), sebanyak 636 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 31.000.

Riset dari Standard & Poor's (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.

Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.

Meluasnya infeksi virus Corona memang datang di saat yang sangat tidak tepat, yakni kala masyarakat China tengah merayakan hari raya Tahun Baru China atau yang dikenal dengan istilah Imlek di Indonesia.

Selama libur Tahun Baru China, masyarakat China biasanya kembali ke kampung halamannya, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri. Dalam periode tersebut, konsumsi masyarakat China biasanya akan meningkat drastis.

Pemerintah China sendiri sejatinya memperkirakan bahwa akan ada sebanyak tiga miliar perjalanan pada Tahun Baru China kali ini, naik dibandingkan tahun lalu yaitu 2,99 miliar perjalanan. Dari tiga miliar perjalanan tersebut, 2,43 miliar diperkirakan ditempuh dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.

Walau Bursa Saham Asia Melemah, IHSG Tetap Sukses MenghijauFoto: Karantina Upaya Redam Virus Corona dari Seluruh Negara (Kyodo News via AP)/Kyodo News via AP)

Namun, kemungkinan besar estimasi tersebut akan meleset jauh, mengingat banyak wilayah di China yang dikarantina guna menekan meluasnya infeksi virus Corona.

Bahkan, pemerintah China memutuskan untuk memperpanjang libur Tahun Baru China di negaranya. Sejatinya, libur Tahun Baru China pada awalnya dijadwalkan untuk berlangsung pada tanggal 24 hingga 30 Januari 2020.

Berlaku secara nasional, pemerintah China kemudian memperpanjang libur Tahun Baru China hingga akhir pekan kemarin.

Di sisi lain, hubungan AS dan China di bidang perdagangan yang mendadak menjadi semakin dingin menjadi sentimen positif yang mewarnai jalannya perdagangan hari ini.

Kemarin, China mengumumkan bahwa pihaknya akan memangkas hingga setengah bea masuk terhadap ratusan produk impor asal AS. Jika ditotal, nilai dari produk impor asal AS yang akan mendapatkan keringanan bea masuk tersebut mencapai US$ 75 miliar.


Berdasarkan keterangan dari halaman Kementerian Keuangan China yang kami kutip dari CNBC International, pemangkasan bea masuk tersebut akan berlaku pada tanggal 14 Februari. Minyak mentah dan kedelai masuk ke dalam daftar produk yang bea masuknya akan menjadi lebih murah pada tanggal 14 Februari.

Menurut pernyataan lainnya dari halaman Kementerian Keuangan China, pelonggaran bea masuk yang diberikan oleh China menyasar barang-barang asal AS yang dikenakan bea masuk tambahan pada tanggal 1 September 2019. Kala itu, AS dan China belum meneken kesepakatan dagang tahap satu.

China mengungkapkan bahwa tanggal 14 Februari dipilih lantaran pada saat yang bersamaan AS akan memangkas hingga setengah bea masuk terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar.

Menurut Kementerian Keuangan China, pemangkasan bea masuk terhadap produk impor asal AS merupakan langkah untuk "mewujudkan perkembangan yang baik dan stabil terkait hubungan dagang China-AS."

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/39azV9i

February 07, 2020 at 04:16PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kendati Bursa Asia Memerah, IHSG Sukses Menghijau!"

Post a Comment

Powered by Blogger.