Search

Wow! Rupiah Digdaya di Antara Negara G-20

Jakarta, CNBC Indonesia - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 memasuki hari kedua pada Sabtu (29/6/19). Sebenarnya, bagaimana kinerja rupiah terhadap mata uang negara-negara terunggul secara ekonomi tersebut? Berikut ini ulasannya.

Dari semua isu yang dibahas dalam KTT tersebut, pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping menjadi sorotan utama, bahkan jauh hari sebelum pertemuan tersebut digelar.

Sebabnya, tentu saja perang dagang kedua negara yang memicu pelambatan ekonomi global. Ekonomi AS juga terkena dampaknya, pelambatan yang dialami membuat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengambil sikap dovish atau membuka peluang memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) di tahun ini.


Outlook kebijakan moneter mengalami u-turn akhir tahun 2018 lalu, The Fed masih berencana untuk menaikkan suku bunga di 2019, tetapi berbalik kini malah membuka peluang pemangkasan FFR. Hal tersebut membuat kinerja dolar AS jeblok dalam belakangan ini.

Tidak hanya The Fed, beberapa bank sentral utama dunia, seperti European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) juga mengambil langkah yang sama, melonggarkan kebijakan moneter. Reserve Bank of Australia bahkan telah memangkas suku bunganya di awal bulan ini, yang membuat mata uangnya melemah.

Semua hal tersebut disebabkan oleh perang dagang, arus perdagangan global menjadi terhambat akibat AS dan China saling balas menaikkan bea impor. Dua negara tersebut merupakan raksasa ekonomi dunia, terganggunya arus perdagangan AS-China tentunya akan merembet ke mitra-mitra dagang lainnya.

Perang dagang itu pada akhirnya membuat negara-negara emerging market bergejolak, termasuk juga yang tergabung dengan G20. Indonesia meski tumbuh di atas 5%, namun selalu di bawah target pemerintah.

Mata uang rupiah pun sempat mengalami tekanan cukup kuat menghadapi dolar AS. Namun perlahan rupiah mampu bangkit, bahkan jika melihat kinerja semester-I 2019 juga masih positif. Tidak hanya melawan dolar AS, tetapi menghadapi mayoritas negara-negara G20.

Tabel di atas menunjukkan kinerja rupiah melawan mata uang G20. Dalam perdagangan mata uang, rupiah ditempatkan sebagai mata uang kuotasi (quote currency) sementara mata uang lainnya sebagai mata uang dasar (base currency). Sehingga posisinya, misalnya melawan dolar AS disimbolkan USD/IDR, atau melawan ruble Rusia disimbolkan RUB/IDR. Jadi ketika perubahan kursnya minus (-) itu berarti rupiah mengalami penguatan.

Jumlah mata uang dalam tabel tersebut tidak 20, tetapi 15 karena beberapa negara dalam G20 yakni Jerman, Perancis dan Italia menggunakan mata uang yang sama, euro.

Dari 15 mata uang tersebut, rupiah berhasil mencatat penguatan signifikan peso Argentina dan lira Turki masing-masing 13,43% dan 9,69%. Dua negara tersebut sedang mengalami krisis, jadi wajar rupiah mencatat penguatan di semester-I 2019.

Mata Uang Garuda juga berjaya melawan won Korea Selatan sebesar 5,31%.

Melawan mata uang utama atau major currencies, rupiah juga cemerlang, dolar AS dibuat melemah 1,69%, euro dan poundsterling turun 2,35% dan 2,24% di hadapan Mata Uang Garuda.

Total rupiah menguat menghadapi 10 mata uang negara-negara G20, dan melemah lawan lima mata uang lainnya. Pelemahan yang signifikan hanya melawan ruble Rusia sebesar 8,54%, kemudian disusul dolar Kanada 2,44%.

Kenaikan harga minyak mentah menjadi sentimen positif bagi dua mata uang tersebut. Yen sebagai mata uang safe haven yang biasanya selalu menjadi incaran saat kondisi pasar kurang bagus atau saat terjadi pelambatan ekonomi hanya menguat 0,15%.

Melihat hal tersebut, kinerja rupiah sebenarnya cukup apik sepanjang semester-I 2019, dan patut diberikan apresiasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2FFsqeh

June 29, 2019 at 02:12PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Wow! Rupiah Digdaya di Antara Negara G-20"

Post a Comment

Powered by Blogger.