Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengungkapkan pelemahan rupiah yang terjadi beberapa hari belakangan juga disebabkan dari dua faktor tersebut.
Nanang mengatakan nilai tukar rupiah vs dolar AS kemarin, Rabu (26/6/2019), terkoreksi melemah 0,35% ke Rp 14.170/US$.
Meski demikian, bila level penutupan kemarin dibandingkan dalam rentang sepekan dari Rp 14.265/US$ per 19 Juni lalu, Rupiah sebetulnya telah menguat 0,67%.
Dikatakan Nanang, BI konsisten berada di pasar melakukan stabilisasi terutama dengan memasok likuiditas DNDF.
Foto: Nanang Hendarsah (Dok Bank Indonesia)
|
"Melemahnya Rupiah bersamaan dengan seluruh mata uang Asia sebagai respons pasar atas komentar Fed Chairman Jeremy Powell yang mengingatkan bahwa tendensi penurunan suku bunga oleh the Fed semakin mengemuka namun tanpa memberikan kepastian waktunya," ujarnya saat berdiskusi bersama CNBC Indonesia, Kamis (27/6/2019).
Selain itu, pasar juga menunggu hasil pertemuan kedua Presiden AS dan China yang akan bertemu kembali di akhir pekan ini untuk melanjutkan negosiasi konflik dagang.
"Pada saat ini pasar digerakkan oleh dua kekuatan yang berpengaruh secara berlawanan (offsetting) yaitu antara Risk-Off karena kekhawatiran konflik dagang AS dan China berkepanjangan yang akan membuat ekonomi global terus melemah dan Risk-On karena harapan yang sangat tinggi pada the Fed untuk segera menurunkan suku bunga," terang Nanang.
(prm)
https://ift.tt/2ZPWH1z
June 27, 2019 at 02:54PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BI: Pasar Tengah Diselimuti Dua Kekuatan Besar"
Post a Comment