Kinerja rupiah di bulan ini cukup impresif, secara month-to-date tercatat menguat 5,83%. Di awal pekan ini, rupiah kembali berpeluang menguat melihat sentimen yang cukup bagus datang di akhir pekan lalu.
Setelah beberapa negara Eropa berencana membuka karantina wilayah (lockdown), AS akan segera menyusul. Gubernur New York, Andrew Cuomo, pada hari Minggu kemarin mengatakan New York akan dibuka dalam beberapa fase setelah Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan jumlah pasien rawat inap sudah menurun dalam 14 hari terakhir.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump pada Jumat waktu setempat menandatangani paket stimulus baru senilai US$ 484 miliar. Sebesar US$ 370 miliar dari paket tersebut akan diberikan kepada UMKM, kemudian US$ 75 miliar untuk membantu rumah sakit yang berjuang melawan pandemi, dan US$ 25 miliar untuk memperluas tes COVID-19.
Paket stimulus fiskal tersebut menjadi yang ke-empat digelontorkan pemerintah AS, termasuk yang stimulus jumbo US$ 2 triliun yang digelontorkan sebelumnya. Total stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah AS nyaris US$ 3 triliun.
Pasar Asia dan pasar keuangan dalam negeri belum sempat merespon stimulus baru tersebut, sehingga baru akan direspon di awal pekan ini.
Presiden Trump juga memberikan kabar bagus lainnya, kali ini khusus untuk Indonesia. Presiden Trump dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepakat untuk meningkatkan kerja sama untuk penanganan wabah COVID-19.
Adapun kesepakatan ini dilakukan saat Jokowi melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Trump Jumat, 24 April 2020 pukul 20.00 WIB dari Istana Kepresidenan Bogor.
Dalam keterangan Biro Pers, Sabtu (25/4/2020) isi pembicaraan tersebut, kedua kepala negara bertukar pikiran mengenai penanganan Covid-19. Salah satunya mengatasi kekurangan alat kesehatan dan alat perlindungan bagi tenaga medis, seperti ventilator, APD dan masker, sebagaimana dialami oleh semua negara.
Mengenai ventilator, Trump menjelaskan mengenai upaya pembuatan ventilator di negaranya dan menyampaikan akan mengirim ke Indonesia apabila sudah siap. Kerjasama ini akan ditindaklanjuti oleh tim masing-masing negara.
Berita sepanjang akhir pekan tersebut berpeluang membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan rupiah berpotensi melanjutkan kinerja impresifnya.
Secara teknikal, pada pekan lalu Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi rupiah akan mampu mencetak hat-trick. Meski pada akhirnya terjadi, tetapi rupiah masih belum mampu mencapai support (tahanan bawah) mingguan di Rp 15.200/US$.
Indikator stochastic pada grafik mingguan rupiah (yang disimbolkan USD/IDR) baru turun dari wilayah jenuh beli (overbought) dan masih belum jauh.
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Mingguan
Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas level 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.
Target penguatan rupiah secara mingguan masih di support Rp 15.200/US$. Jika mampu dilewati, rupiah berpeluang menuju Rp 15.000/US$.
Meski demikian, jika melihat grafik harian, stochastic kini semakin lama berada di wilayah jenuh jual (oversold), yang tentunya membatasi penguatan rupiah, bahkan ada risiko terkoreksi.
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv |
Level Rp 15.340/US$ (level terendah Jumat 17 April) bisa menjadi kunci pergerakan rupiah hari ini. Jika mampu dilewati secara konsisten, rupiah berpeluang menguat menuju support mingguan Rp 15.200/US$.
Namun, selama tertahan di atas Rp 15.340/US$, rupiah berisiko melemah kembali ke Rp 15.400/US$. Penembusan di atas level tersebut akan membawa rupiah melemah menuju Rp 15.500-15.550/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)
https://ift.tt/35cz2wf
April 27, 2020 at 08:26AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sudah Cetak Hat-trick, Pekan Ini Rupiah Bakal ke 15.000/US$?"
Post a Comment