Search

Cerita Pengembang Apartemen 'Babak Belur' Gegara COVID-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor properti menjadi salah satu yang paling terdampak akibat wabah virus corona (COVID-19). Ketua Real Estate Indonesia (REI) DKI Jakarta Arvin F Iskandar mengaku ada penurunan penjualan yang tajam.

"Kendala sangat besar di penjualan karena interaksi dengan konsumen sulit. Walau kita udah menggunakan digital market, tapi konsumen cenderung datang untuk melihat show unit barang, jadi itu kita alami penurunan sampe 80%," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/4/2020).

Namun, penjualan di atas lebih didominasi oleh penjualan rumah, sedangkan di apartemen diperkirakan lebih besar lagi. Arvin menegaskan bahwa penurunan penjualan apartemen lebih dari 80%.


"Yang penurunan dikit itu penjualan FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) atau rumah sederhana. Kalau yang menengah ke atas penurunan sangat besar," sebutnya.

Skema cash bertahap atau installment oleh konsumen awalnya diharapkan menjadi penyelamat cashflow. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Banyak pembeli apartemen maupun rumah yang mandek membayar skema cicilan kredit cash bertahap. Sementara pengembang berutang kepada bank.

"Kebiasaannya itu, pembelian apartemen 70% cicilan installment dari developer bukan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen). KPA cuma 30% dari penjualan. Cicilan konsumen ini tendensi stop pembayaran ke developer. Gawat juga," katanya lagi.

Kondisi itu terjadi karena sejumlah debitur juga mengalami kesulitan keuangan. Bisa jadi, mereka menjadi bagian yang terkena dampak cuti tidak dibayar, pemotongan gaji atau bahkan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Apalagi, berdasar data Kemenaker dan BP Jamsostek, jumlah yang di-PHK dan dirumahkan sudah mencapai 2,8 juta orang. "Karena yang mengambil unit banyak dari mereka kan pegawai, yang dipotong gajinya. Itu yang dikhawatirkan kalo terlalu lama. Belum lagi PHK di pihak mereka. Jadi yang beli banyak pegawai," jelas Arvin.

Dengan kondisi seperti itu, REI memperkirakan anggotanya hanya mampu bertahan hingga 6 bulan ke depan.

"Sekarang kita harapkan dari account receivable atau installment konsumen (piutang) yang sudah beli, instal cicilan ke developer. Ini pun dampaknya banyak konsumen nggak bayar juga. Kita harap (kondisi ini) maksimum 6 bulan, setelah itu mungkin banyak industri terkait yang kolaps. Karena misal walau 3 bulan, perlu recovery waktu," jelasnya.

Ia mengaku mulai realistis dalam menatap target properti yang sudah disusun sejak awal tahun. Mulanya, sektor properti diperkirakan bakal tumbuh di angka 5%. Namun, ketika wabah virus corona yang kini sudah menjadi bencana nasional maka pengembang mulai kelabakan.

"Revisi target belum, masih collect data. Cuma dengan adanya corona, otomatis tadinya tahun 2020 diharapkan pertumbuhan properti 5%, baik penjualan maupun pertumbuhan harga. Cuma sekarang adanya ini harus revisi target," papar Arvin.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2xxq8gx

April 16, 2020 at 07:19AM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Cerita Pengembang Apartemen 'Babak Belur' Gegara COVID-19"

Post a Comment

Powered by Blogger.