Search

"Lawan" Pemerintah, Pendapatan Bunga 4 Bank BUKU IV Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Earnings season hampir selesai dan perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa saham tanah air sudah merilis kinerja keuangan kuartal I-2019. Laporan keuangan dari bank-bank BUKU IV (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun) merupakan salah satu yang paling ditunggu oleh investor seiring dengan kapitalisasi pasarnya yang besar.

Di Indonesia, ada 6 bank yang masuk dalam kategori BUKU 4 namun 4 yang terbesar (baik dari sisi aset maupun kapitalisasi pasar) adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Kebetulan, keempat bank tersebut sudah merilis kinerja keuangan untuk periode kuartal-I 2019.

Dari sisi laba bersih, ada 2 yang mampu melampaui ekspektasi analis, sementara 2 lainnya tak mampu memenuhi ekspektasi. Laba bersih BMRI pada 3 bulan pertama tahun ini tercatat senilai Rp 7,23 triliun, di atas konsensus yang dihimpun Refinitiv senilai Rp 6,82 triliun. Kemudian, laba bersih BBNI tercatat senilai Rp 4,08 triliun, mengalahkan konsensus yang senilai Rp 4,06 triliun.

Sementara itu, laba bersih BBRI pada kuartal-I 2019 tercatat senilai Rp 8,2 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 8,61 triliun. Untuk BBCA, laba bersih perusahaan tercatat senilai Rp 6,06 triliun, juga di bawah konsensus yang senilai Rp 6,18 triliun.

Walaupun laba bersihnya bervariasi (ada yang mampu melampaui ekspektasi dan tidak), 4 bank yang masuk dalam kategori BUKU 4 tersebut memiliki kesamaan: pendapatan bunga bersih /Net Interest Margin (NII) berada di bawah ekspektasi analis.

Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, NII BMRI tercatat senilai Rp 14,38 triliun, di bawah ekspektasi yang sebesar Rp 14,5 triliun. NII BBNI adalah senilai Rp 8,86 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 9,63 triliun.

Pada kuartal-I 2019, BBRI mencatatkan NII senilai Rp 19,41 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 20,42 triliun. Sementara untuk BBCA, NII tercatat senilai Rp 11,99 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 12,07 triliun.

Tertekannya NII dari keempat bank tersebut kebanyakan terjadi seiring dengan naiknya ketergantungan mereka terhadap dana mahal (deposito) guna menunjang aktivitas penyaluran kredit. Hal ini dapat diobservasi dengan melihat turunnya CASA Ratio. CASA Ratio merupakan rasio yang menggambarkan porsi dari current account (giro) dan saving account (tabungan) dari total Dana Pihak ketiga (DPK).

Baik current account dan saving account sama-sama disebut dana murah karena memberikan imbal hasil yang murah. Semakin kecil CASA Ratio, maka ketergantungan bank terhadap dana mahal berupa deposito semakin tinggi.

BMRI misalnya, pada kuartal-I 2019 CASA Ratio turun menjadi 62,4%, dari yang sebelumnya 64,1% pada kuartal-IV 2018. Tercatat, hanya BBCA yang bisa mempertahankan CASA Ratio-nya.


Di sisi lain, perbankan terlihat tak memiliki ruang untuk mengerek naik suku bunga kredit, sehingga marjin bunga bersih/Net Interest Margin (NIM) menjadi tertekan. Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.

Bahkan, tak berlebihan jika NIM dikatakan sebagai 'nyawa' dari operasional sebuah bank. Dengan NIM yang lebih besar, sebuah bank bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi kala menyalurkan kredit dalam besaran yang sama.

Tercatat, hanya NIM dari BBCA yang bisa meningkat pada 3 bulan pertama tahun ini, salah satunya didukung oleh CASA Ratio yang bisa dijaga tetap stabil.

(ank/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2XY48mn

April 30, 2019 at 11:22PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to ""Lawan" Pemerintah, Pendapatan Bunga 4 Bank BUKU IV Tertekan"

Post a Comment

Powered by Blogger.