Search

Turun Takhta, Ini Pesan Terakhir Kaisar Jepang Akihito

Jakarta, CNBC Indonesia - Kaisar Jepang Akihito mengucapkan terima kasih kepada masyarakat atas dukungan mereka. Ia pun menyatakan harapan untuk masa depan yang damai bagi Negeri Sakura. Demikian disampaikannya dalam pidato terakhirnya sebelum turun takhta, Selasa (30/4/2019).

Mengutip Reuters, kaisar berusia 85 tahun itu telah memerintah selama tiga dekade. Ia menjadi raja Jepang pertama yang turun takhta dalam dua abad ini. Selama masa kekuasaannya, ia telah berupaya untuk meringankan ingatan menyakitkan dari Perang Dunia II dan menjangkau orang-orang biasa, termasuk mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Akihito adalah raja pertama yang mengambil Takhta Krisan di bawah konstitusi pascaperang yang mendefinisikan kaisar sebagai simbol rakyat tanpa kekuatan politik.

Ayahnya, Hirohito, yang merupakan tentara Jepang yang berperang di Perang Dunia II, dianggap sebagai dewa yang hidup sampai setelah kekalahan Jepang pada tahun 1945, ketika ia meninggalkan keilahiannya (divinity).

"Kepada orang-orang yang menerima dan mendukung saya sebagai simbol, saya mengucapkan terima kasih yang tulus," kata Akihito pada upacara turun tahta singkat di Matsu no ma atau Hall of Pine, Istana Kekaisaran.

Dalam acara itu, dia mengenakan setelan pagi bergaya Barat, sementara istrinya Permaisuri Michiko, mengenakan gaun panjang putih dan abu-abu.

"Bersama dengan permaisuri, saya berharap dari hati saya bahwa era Reiwa baru yang dimulai besok akan damai dan berbuah manis, dan berdoa untuk perdamaian dan kebahagiaan negara kita dan orang-orang di dunia," kata Akihito.

Era Reiwa
Sekitar 300 orang menghadiri upacara yang juga disiarkan langsung di televisi itu. Akihito bersama dengan Michiko, yang berusia 60 tahun, mengukir peran aktif sebagai simbol rekonsiliasi, perdamaian, dan demokrasi.

Beberapa pejabat yang menghadiri upacara turun takhtanya, termasuk PM Shinzo Abe, putera mahkota Naruhito dan puteri mahkota Masako, serta para kepala majelis parlemen dan hakim agung.

Saat upacara berlangsung, bangsawan kekaisaran membawa segel negara bagian dan pribadi ke aula bersama dengan dua "Three Sacred Treasures" Jepang. Three Sacred Treasures merupakan pedang dan permata, serta cermin, yang ketiganya merupakan simbol dari tahta, yang berasal dari mitologi kuno.


"Sambil menjaga hati kita di jalan yang telah dilalui kaisar, kita akan melakukan upaya terbaik untuk menciptakan masa depan yang cerah bagi Jepang yang bangga yang penuh kedamaian dan harapan," kata Abe sebelum pidato kaisar.

Sebelumnya pada hari itu, Akihito memberikan penghormatan pengunduran dirinya di tempat-tempat suci di dalam Istana Kekaisaran, termasuk memberi penghormatan kepada dewi matahari Amaterasu Omikami, yang menurut mitos merupakan asal dari diturunkannya garis kekaisaran. Ia juga memberi penghormatan kepada kaisar dan dewa Shinto yang sudah meninggal.

Turun Takhta, Ini Pesan Terakhir Kaisar Jepang AkihitoFoto: FOTO FILE: Kaisar Jepang Akihito (kanan) dan Ratu Michiko membungkuk dalam doa yang sunyi di Tebing Banzai, atau Puntan Sabaneta, untuk memberikan penghormatan kepada tentara Jepang dan warga sipil yang melompat dari tebing berbatu 61 tahun yang lalu daripada menyerah kepada pasukan AS di Pertempuran Saipan Perang Dunia Dua berdarah di Saipan 28 Juni 2005. (REUTERS / Eriko Sugita / US POOL / File Photo)


Tanggapan masyarakat dan tantangan Naruhito
Para pengunjung, termasuk turis asing, berkumpul di luar Istana Kekaisaran, sebuah kompleks seluas 115 hektare di jantung kota Tokyo yang dikelilingi oleh parit dan dinding. Istana Kekaisaran merupakan rumah bagi kaisar dan permaisuri. Selama masa itu keamanan diperketat, di mana ribuan polisi ditugaskan di Tokyo, seperti dilaporkan media setempat.

"Saya pikir kaisar dicintai oleh rakyat. Gambarannya adalah seperti orang yang membantu orang lain, seperti setelah bencana, dan menjadi dekat dengan orang-orang," kata Morio Miyamoto, 48 tahun.

"Saya berharap kaisar berikutnya akan, seperti kaisar Heisei, menjadi dekat dengan orang-orang dengan cara yang sama," tambahnya, mengutip Reuters.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Ibu Negara Melania mengucapkan "apresiasi tulus" mereka kepada Kaisar Akihito dan permaisuri dalam sebuah pernyataan.

Naruhito (59 tahun), akan mewarisi takhta dalam upacara terpisah pada hari Rabu (1/5/2019). Naruhito, yang menempuh pendidikan di Oxford, kemungkinan akan melanjutkan peran aktif dan bersama-sama dengan istrinya Masako, yang menempuh pendidikan di Harvard, akan memberi monarki nuansa kosmopolitan.

Selasa ini menandai hari terakhir era kekaisaran Heisei, yang dimulai pada 8 Januari 1989, setelah Akihito mewarisi takhta. Di era ini, stagnasi ekonomi, bencana alam, dan perubahan teknologi yang cepat terjadi.

Turun Takhta, Ini Pesan Terakhir Kaisar Jepang AkihitoFoto: Foto FILE: Kaisar Akihito berjanji untuk mengamati Konstitusi Jepang selama upacara menandai aksesi ke Tahta Krisan Jepang pada 12 November 1990. (Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang / Selebaran via Reuters / File Foto)
(miq/miq)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2VE8bqB

May 01, 2019 at 03:29AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Turun Takhta, Ini Pesan Terakhir Kaisar Jepang Akihito"

Post a Comment

Powered by Blogger.