Duh, Teror Bom dan Unjuk Rasa 22 Mei Jadi Sorotan Pelaku Pasar

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan politik dan ancaman terorisme dalam negeri menjadi perhatian pelaku pasar. Hal tersebut menjadi salah satu yang menjadi faktor utama yang menekan kinerja bursa saham dalam negeri.

Dalam ulasan PT Kresna Sekuritas yang terbit hari ini, Senin (20/5/2019), menyebutkan sentimen dari dalam negeri masih ditujukan pada hasil Pemilihan Umum yang akan diumumkan pada 22 Mei oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Eskalasi politik yang berujung pada konflik ini berpotensi akan mengganggu kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Kami perkirakan jika situasi tidak kondusif akan mempengaruhi IHSG," sebut riset Kresna yang terbit Senin ini.

Hal senada juga diulas dari riset yang buat oleh PT Panin Sekuritas. Sentimen yang mempengaruhi arah IHSG hari ini tak hanya faktor perang dagang AS-China, tapi juga isu politik dan ancaman terorisme dari dalam negeri.

Pasalnya, sejak pekan lalu, media ramai memberitakan adanya ancaman terorisme, di mana pihak Kepolisian Republik Indonesia sempat menyebutkan ada rencana pengeboman pada 22 Mei 2019, saat pengumuman hasil pemilihan umum (Pemilu) 2019.

Pelaku pasar juga merespons rencana aksi demonstrasi yang menurut rencana mulai dilakukan Selasa besok (21/5/).

Selain itu, pelaku pasar juga mempertanyakan apakah semua pelaku teror yang berencana melakukan aksi sudah ditangkap semuanya atau belum oleh aparat.

"Dengan demikian, ketidakpastian isu politik dalam negeri masih tetap hangat di Bursa Efek Indonesia," sebut riset Panin Sekuritas.

Sementara itu, faktor eksternal yang masih menjadi sentimen utama adalah perang dagang AS-China yang masih berkecamuk dan belum sampai pada kesepakatan final.

Pembicaraan antara AS-China kembali terhenti setelah tak ada kesepakatan antara kedua pihak. Perang dagang AS-China berpeluang membuat arus perdagangan dan rantai pasokan global akan terhambat sehingga ikut meredam aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

(hps/tas)

Let's block ads! (Why?)